Pakai Drone Ungkap Kasus Narkoba

Rabu 18-07-2018,00:00 WIB

BADAN Narkotika Nasional (BNN) akan memanfaatkan drone untuk mengungkap kasus narkoba. Pesawat nirawak tersebut jenis sipil, murni untuk pengintaian.

Jadi, tidak dipasangi senjata atau peralatan sejenisnya. “Kami gunakan drone BPPT untuk pemberantasan di lapangan,’’ kata Kepala BNN Komjen Heru Winarko setelah pembukaan Kongres Teknologi Nasional (KTN) 2018 di gedung BPPT, Jakarta, kemarin (17/7). 

Yang akan dipakai adalah drone Alap-Alap hasil inovasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Ini memang bentuk kerja sama kedua lembaga itu dalam dalam pemanfaatan teknologi untuk mengungkap kasus narkoba.

Selain itu juga ada kerja sama terkait pengembangan IT dan laboratorium khusus narkotika. Heru menjelaskan, selama ini pengawasan menggunakan perlengkapan manual. Dengan memanfaatkan drone, dia berharap, pengawasan atau pengintaian bisa lebih maksimal hasilnya.

Dia menambahkan, pemanfaatan laboratorium khusus narkotika juga sangat penting. Sebab, produsen narkoba juga memiliki laboratorium untuk pengembangan produk.

Itulah mengapa para penjahat tersebut bisa memproduksi narkoba dalam bentuk permen. Atau narkoba dalam wujud material untuk tato di kulit.

Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan, drone Alap Alap cocok jika digunakan untuk misi pengintaian pelaku narkoba. Sebab, mampu terbang hingga di ketinggian 12 ribu kaki. Juga, memiliki daya jelajah hingga 100 km dari titik pengoperasiannya. Drone karya anak negeri itu juga bisa terbang hingga tujuh jam.

Dia menjelaskan, drone Alap Alap itu bisa digunakan untuk mengintai atau merekam aktivitas penanaman ganja atau kegiatan terkait narkotika lain. ’’Misalnya penanaman ganja diperbukitan. Selain medannya sulit, kalau ketahuan bisa membahayakan petugas,’’ jelasnya.

Maka upaya pertama yang bisa dilakukan adalah pengintaian menggunakan drone. Pelaku tidak akan bisa mengetahui kalau sedang diintai. Sebab, posisi drone cukup tinggi.

Unggul juga menjelaskan ada sejumlah proyek riset drone yang sedang berjalan di BPPT. Di antaranya adalah drone jenis medium altitude long endurance (MALE). Drone ini mampu terbang selama 24 jam penuh.

Ada pula drone yang mendukung Angkatan Laut (AL) untuk patroli di laut. Pesawat nirawak itu bisa diterbangkan dengan cara ditarik seperti ketapel.

(wan/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait