Kamis 02-08-2018,00:00 WIB

Trauma atas kejadian penyerangan yang dilakukan oleh warga Seleman secara membabi buta masih membekas di benak warga. Surat perdamaian yang ditandatangani bersama, masih belum cukup kuat menyembuhkan trauma warga.

Imbasnya, hingga Rabu (01/08) kemarin, masih banyak warga Pentagen yang masih mengungsi di Mesjid setempat. 

‘’Puluhan warga yang masih ngungsi di mesjid ini, mayoritas anak-anak dan ibu-ibu. Mereka masih trauma, sehingga takut untuk pulang ke rumah,’‘ sebut tokoh masyarakat Pentagen Rinaldi. 

Selain itu, katanya, ada informasi yang diterima warga, kalau warga Seleman belum bisa menerima perdamaian tersebut, karena salah seorang yang diduga pelaku, masih belum ditangkap. ‘‘Mungkin warga masih was-was, karena ada isu masih ada pelaku yang belum ditangkap,’‘ ungkap dia. 

Tidak jauh berbeda, Abdul Basit, salah satu korban yang rumahnya terbakar, juga mengakui masih adanya warga yang mengungsi di mesjid. ‘‘Anak-anak masih trauma, mereka juga terlihat kehilangan nafsu makan,’‘ ujar Abdul Basit.

Basit menuturkan, biasanya anak-anak makan siang pukul 13.00 WIB, namun saat ini, molor sampai pukul 15.00 WIB. Demikian juga, makan malam, biasanya setelah pengajian dan Sholat Isya, sekarang berubah ke jam 22.00 WIB.

Di samping itu, warga yang rumahnya dibakar, kondisi mereka sangat membutuhkan perhatian dan bantuan makanan dan pakaian. Mereka tidak punya lagi sandang dan pangan untuk kesehariannya.  ‘‘Contohnya saya, hanya pakaian di badan saja yang tersisa,’‘ beber dia dengan nada sedih. 

Sementara itu, tokoh pemuda Pentagen lainnya Khilal Hamdan  berharap kepada yayasan maupun organisasi yang bergerak dibidang menyembuhan trauma anak-anak pasca penyerangan yang dilakukan warga Seleman untuk bisa membantu anak-anak Pentagen.

‘‘Mohon bantuan, sekarang anak-anak berkumpul di masjid dalam keadaan trauma yang mendalam,’‘ harapnya.

Khilal juga mengatakan, jika pemberitaan di media yang umumnya menyatakan bentrok Pentagen-Seleman tidaklah benar. ‘‘Demi Allah ini bukan bentrok, kalau bentrok ada perlawanan. Tapi ini penyerangan, kami warga Pentagen menghindar karena banyaknya massa dari Seleman masuk ke Pentagen,’‘  sebutnya.

Pria yang beristrikan warga Desa Seleman ini berharap, kedua desa bisa secepatnya perdamaian dan beraktivitas sebagaimana biasanya. ‘‘Seleman dan Pentagen seperti satu desa, setiap musibah di Seleman warga Pentagen selalu ikut membantu. Semoga dua desa ini bisa berdamai dan ini kejadian yang pertama dan terakhir,’‘ harapannya. 

Sementara itu, guna untuk membantu memenuhi kebutuhan makan warga, BPBD Kerinci telah menurunkan satu unit mobil dapur umum. Selain satu unit mobil dapur umum, BPBD Kerinci juga menurunkan anggota TRC untuk membantu memenuhi kebutuhan warga salah satunya mempersiapkan kebutuhan makan bagi warga.

‘‘Ya, kita sudah menurunkan mobil dapur umum ke Pentagen sejak kemarin,’‘ ungkap Kepala BPBD Kerinci, Darifus.

Tim TRC dan Mobil Dapur umum, lanjutnya, memiliki tugas sebagai sarana dan membantu warga memasak makanan yang diberikan bagi warga yang ada di Pentagen, terutama yang ada di pengungsian. ‘‘Kita juga telah mendirikan tenda untuk pengungsi, yang dibangun sesaat setelah bentrok guna membantu warga,’‘ jelasnya.

Sementara itu, bantuan Sosial dari Dinas Sosial , Kependudukandan Catatan Sipil (Dinsosdukcapil) Provinsi Jambi sampai Rabu kemarin (1/8) belum turun ke Kabupaten Kerinci.

Pasalnya setelah dua hari berlalu pihak kabupaten Kerinci (Dinsos Kabupaten) belum menetapkan status tanggap darurat. Laporan yang diterima Provinsi pun hanya bersifat pelaporan via pesan singkat saja. Padahal ada delapan rumah terbakar dan puluhan warga mengungsi di Masjid Desa Pentagen.  

Tags :
Kategori :

Terkait