Menuju Masyarakat Bebas Anemia

Selasa 07-08-2018,00:00 WIB

JAMBI - Masalah kesehatan dan gizi pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) ternyata membawa dampak yang cukup serius pada kualitas hidup individu dan bersifat permanen sampai usia dewasa. 

\"Terlebih, konsekuensi yang lebih serius terjadi pada individu berjenis kelamin perempuan. Timbulnya masalah gizi pada anak usia di bawah dua tahun erat kaitannya dengan persiapan kesehatan dan gizi seorang perempuan untuk menjadi calon ibu, termasuk Rematri (remaja putri),\" ujar Sekretaris Daerah Kota Jambi H. Budidaya.

Pernyataan tersebut disampaikan Budidaya saat membuka acara Pencanangan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada Remaja Putri di Kota Jambi, yang dipusatkan di SMK Unggul Sakti Kecamatan Jambi Timur, Senin pagi (6/8).

Menurut Budidaya, permasalahan kekurangan gizi saat ini menjadi fokus perhatian pemerintah, karena akan berdampak pada angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak. Keadaan kesehatan dan gizi kelompok usia 10-24 tahun di Indonesiapun masih memprihatinkan.

Data Riskesdas 2013 menunjukan bahwa prevalensi anemia pada WUS (Wanita Usia Subur) usia 15 tahun ke atas sebesar 22,7 %, sedangkan pada ibu hamil 37,1 %. Prevalensi anemia secara nasional untuk semua kelompok umur adalah 21,7%. Prevalensi anemia pada perempuan relatif Iebih tinggi (23,9%) dibanding laki-laki (18,4%).

Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain defisiensi zat besi, defisiensi vitamin 812, defiensi asam folat, penyakit infeksi, faktor bawaan dan perdarahan. Di negara sedang berkembang 40% anemia disebabkan karena defisiensi zat besi yang dikenal dengan istilah anemia gizi besi.

Anemia Gizi adalah kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut.

\"Remaja putri adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa, ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi. Upaya pembinaan dan intervensi gizi dilakukan oleh

pemerintah secara bertahap dan berkesinambungan adalah dengan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri dengan dosis pemberian 1 (Satu) Tablet perminggu yang bertujuan untuk meminimalisasi perempuan usia muda mengalami anemia,\" imbuh Sekda Kota Jambi itu.

Lebih lanjut, Budidaya menjelaskan dampak jangka panjang jika seorang remaja putri menderita anemia dan kemudian hamil, maka akan berpotensi melahirkan bayi dengan tumbuh pendek (stunting) atau berat badan Iahir rendah (BBLR).

Khusus untuk pelajar remaja putri, pemberian tablet tambah darah akan menghindarkan dampak negatif menurunnya kesehatan reproduksi, terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan, turunnya kemampuan dan konsentrasi belajar, dan turunnya tingkat kebugaran.

Budidaya mengajak peran aktif seluruh pihak untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan melibatkan berbagai pihak dan kerja sama antar lintas sektor, yaitu sektor pendidikan, agama, tokoh masyarakat dan orang tua.

\"Saya berharap dengan Pencanangan Pemberian Tablet Tambahan Darah pada Remaja Putri di Kota Jambi Tahun 2018 ini, derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai dengan baik dan harapan kota bersama, Kota Jambi bebas anemia, dapat terwujud,\" pungkasnya.

Pada kegiatan itu, secara simbolis Sekda Budidaya menyerahkan Tablet Tembah Darah (TTD) kepada perwakilan pelajar putri, untuk langsung dikonsumsi. Selanjutnya, Budidaya turut pula melakukan pelepasan balon ke udara, sebagai simbol dan tekad Kota Jambi bebas anemia.

Turut hadir pada acara Pencanangan Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri di Kota Jambi, Camat Jambi Timur Rahmat Sugiarto, jajaran Dinas Kesehatan Kota Jambi, Forkompimcam Jambi Timur dan Kepala Sekolah Unggul Sakti.

Tags :
Kategori :

Terkait