MALANG-Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy cerita tentang perjalanan kariernya sebagai akademisi.
Di acara media gathering di Convention Center Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Muhadjir menyatakan bahwa separuh hidupnya diabadikan untuk perguruan tinggi tersebut.
\"Kalau ada yang bangga umur 35 tahun sudah jadi pejabat, saya justru menganggap biasa. Karena saya jadi Wakil Rektor III UMN umur 27 tahun. Jadi jelek-jelek begini, saya sudah jadi pejabat usia 27 tahun,\" kata Muhadjir yang disambut tepuk tangan para wartawan, Jumat (8/11) malam.
Diceritakannya, saat menjadi warek III, banyak yang meragukan kemampuannya. Gelombang protes pun menguat, bahkan ada yang sempat mengancam Muhadjir.
\"Waktu itu, orang yang ngancam dan bilang, kalau Muhadjir jadi warek, isi perutnya akan keluar semua. Saya datangi tempat kosnya dan ajak duel. Karena saya tahu kalau dikeroyok saya pasti kalah makanya saya tantang satu lawan satu. Saya menang, dan besoknya orang itu yang berdiri paling depan membela saya,\" kenang Muhadjir yang menguasai ilmu silat dari Perguruan Tapak Suci.
Setelah menjadi warek III selama 12 tahun, Muhadjir diangkat jadi warek II. Posisi ini dia duduki selama 4 tahun sampai kemudian diangkat jadi rektor UMM selama 16 tahun.
\"Selama 32 tahun saya di UMM, dari saat UMM masih kecil dengan jumlah mahasiswa 800 orang kini puluhan ribu dan 12 tahun ini selalu menjadi perguruan tinggi terbaik se Jawa Timur,\" terangnya.
Muhadjir punya kenangan unik saat memimpin UMM. Yakni saat menghadapi massa mahasiswa yang menggelar aksi unjuk rasa. Muhadjir yang tampil meredam emosi mahasiawa.
\"Caranya ya saya ajak nyanyi. Mahasiswa kalau diajak nyanyi hilang marahnya. Apalagi saya kan masih muda jadi bisa berbaur dengan mereka,\" katanya sambil tersenyum.
L
Menteri yang jago nyanyi ini juga tidak lepas dari dunia wartawan. Sejak kuliah semester 3, Muhadjir tidak minta dana dari ortu. Dia sudah membiayai kuliahnya dari pekerjaannya sebagai wartawan.
Dulu, kata Muhadjir, jumlah wartawan sangat sedikit dan untuk menjadi anggota PWI sangat sulit. Lima tahun Muhadjir hanya jadi calon anggota PWI sampai kemudian menjadi PNS di IKIP Malang.