Nama Ghosn menjadi mantera di dunia manajemen. Banyak buku diterbitkan --untuk menceritakan betapa hebat CEO Ghosn.
Pun komik-komik. Tokoh Ghosn jadi sampul-sampul komik --sudah disejajarkan dengan superhero.
Sampai muncullah laporan manajemen baru Nissan ke pihak berwajib di Tokyo.
Ghosn pun datang ke Tokyo. Untuk mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan selama menjadi CEO Nissan.
Ia datang dengan pesawat jet pribadi.
Ghosn sama sekali tidak menyangka akibatnya sejauh itu. Begitu mendarat di Tokyo Ghosn ditahan.
Tidak hanya itu. Keluarganya tidak boleh menghubungi. Akses Ghosn ke dunia luar diputus --termasuk akses ke media.
Istri baru Ghosn pun tidak boleh menjenguk.
Kini Ghosn merdeka di Lebanon. Tidak akan mau balik ke Jepang.
Lebanon juga tidak punya perjanjian ekstradisi dengan Jepang.
Carole, istri baru Ghosn juga sudah di Beirut.
Lebanon sendiri sudah enam bulan ini kacau balau. Demo besar merajalela. Perdana Menteri Hariri meletakkan jabatan.
Sudah tiga bulan ini tidak bisa menemukan pengganti. Pertentangan politik begitu kerasnya.
Waktu saya di Lebanon tahun lalu mulai ada suara-suara ini: Kita minta Carlos Ghosn pulang. Kita jadikan Ghosn perdana menteri Lebanon.
Agar Lebanon bisa maju seperti Nissan.
Kini Ghosn pulang sendiri ke Lebanon. Ia memang lahir di Brasil tapi bapak-ibunya asli Lebanon. Ghosn sendiri tumbuh sebagai remaja di Lebanon --sebelum sekolah dan menetap di Paris.