Semua paspor Ghosn disita --dititipkan di kantor pengacara. Bukan di kantor imigrasi.
Hanya saja Ghosn tidak perlu dipasangi gelang kaki elektronik. Tidak seperti Sabrina.
Dengan demikian Ghosn tidak bisa dimonitor --ke mana saja pergi.
Resminya Ghosn di bawah pengawasan ketat pihak berwajib. Maka sungguh ajaib bahwa tiba-tiba Ghosn muncul di Lebanon.
\"Seperti petir di siang bolong. Like a bolt from the blue,\" komentar Hironaka. \"Kita semua kaget. Penuh teka-teki,\" tambahnya.
Petir itu datang dari langit Lebanon. Tanggal 31 Desember pagi kemarin tiba-tiba Ghosn memberi keterangan pers. Pendek saja.
\"Saya sekarang sudah di Beirut, Lebanon. Bukan untuk menghindari hukum. Tapi untuk lari dari ketidakadilan,\" katanya.
Ghosn tidak menyebutkan sedang di hotel, di persembunyian, atau di rumahnya yang besar di Beirut.
Sistem hukum di Jepang, katanya, bisa membuat orang bersalah hanya berdasar sangkaan. Bukan bukti.
Ghosn memang sangat frustrasi menghadapi kasusnya ini. Ia merasa jadi sandera politik industri. Kesalahannya, katanya, hanya dicari-cari oleh manajemen baru Nissan.
Intinya Ghosn harus disingkirkan. Agar rencananya untuk menyatukan Nissan-Mitsubishi-Renault tidak bisa diwujudkan.
Bahkan terasa sekali pihak Jepang ingin mempersoalkan kembali kepemilikan saham Renault di Nissan. Yang dianggap tidak imbang dengan kepemilikan saham Nissan di Renault.
Di akhir masa jabatan Ghosn di Nissan, pabrik mobil Jepang ini memang kuat sekali. Labanya naik terus. Penjualannya melejit.
Nissan lantas merasa menjadi sangat kuat.
Mereka lupa bahwa Nissan hampir saja bangkrut. Sebelum kedatangan Ghosn.
Karena itu Ghosn dianggap pahlawan di Jepang --berhasil menyelamatkan Nissan.