Kamis 21-01-2021,00:00 WIB

JAKARTA – Jaksa Pinangki Sirna Malasari menangis tersedu-sedu saat menyampaikan pleidoi dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu (20/1). Pertama Pinangki menceritakan awal karirnya sebagai jaksa.

“Saya ingin memulai pledoi pribadi saya dengan menceritakan perjalanan hidup pribadi saya sebagai seorang jaksa,” kata Pinangki.

 

Ia menyatakan, dirinya dibesarkan di Yogyakarta dalam kehidupan keluarga yang sangat sederhana. “Pada waktu itu saya kuliah saja tidak mampu,” ujanya.

Dia juga menceritakan pertemuan pertama antara dirinya dengan suami pertamanya Djoko Budiarjo (almarhum) pada 2000.

“Atas kebaikan dan kemurahan hati almarhum, saya dibiayai kuliah S1 di Universitas Ibnu Kaldun Bogor,” katanya dengan nada bergetar.

Usai menutaskan kuliah S1 pada 2004, atas saran almarhum suaminya, ia mendaftar di Kejaksaan RI.

“Alhamdulilah diterima di Kejaksaan RI menjadi calon jaksa,” sambungnya.

Ia kemudian resmi dilantik menjadi jaksa pada 2007. 

Atas saran almarhum suaminya pula, dirinya fokus pada pengembangan diri dengan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Ia pun akhirnya meraih gelar doktor Ilmu Hukum pada 2011.

Dalam perjalanan karirnya sebagai jaksa selama 10 tahun, disebutnya berjalan biasa-biasa saja dan tidak pernah menduduki jabatan strategis.

 

Selama 10 tahun itu pula, ia hanya menjabat jabatan adminsitrasi yang tidak terkait teknis perkara maupun tidak terkait sebagai pejabat pengadaan dalam proyek pengadaan barang dan jasa.

Baru pada 2011 ia akhirnya bertugas sebagai jaksa fungsional di bidang Perdata Tata Usaha Negara (Datun).

Setahun kemudian, ia ditugaskan sebagai jaksa fungsional di Bidang Pengawasan.

Lalu pada 2014, Pinangki menjabat eselon 4 sebagai Kasubdit Statistik dan Analisis pada Pusat Informasi Data dan Statistik Kriminal (Pusdakrimti) Kejaksaan Agung.

“Kemudian pada tahun 2016 menjabat sebagai Kasubag Pemantauan dan Evaluasi pada Biro Perencanaan,” bebernya.

Tags :
Kategori :

Terkait