Oleh:
Tofan Mahdi*)
Di Indonesia, lebih dari 1,1 juta orang positif covid. Dari jumlah tersebut, 30.770 orang wafat (per 3 Februari 2021). Di Amerika Serikat, lebih dari 25 juta kasus positif dan 433 ribu orang wafat. Terlalu kompleks untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi terkait pandemik ini. Yang penting kembali kepada diri sendiri, agar kita selalu waspada, tidak abai, dan sadar bahwa covid ini ada serta berbahaya.
Atas apa yang kami alami sejak dinyatakan positif covid dan menjalani isolasi mandiri 18 hari lalu, saya dan istri semakin kukuh pada sikap dan keyakinan bahwa covid ini ada dan berbahaya. Meski hanya virus, namun karena yang diserang adalah organ pernafasan, serangan covid bisa berakibat fatal.
Banyak teman-teman yang OTG dan setelah isolasi sekitar 14 hari: negatif dan baik-baik saja. Pertanyaan saya, yakin baik-baik saja? Sudah cek darah dan foto thorax? Apakah semua baik-baik saja? Bukan menakut-nakuti, tetapi tidak ada salahnya memastikan bahwa kita benar-benar sehat pasca positif covid dengan cek darah dan foto thorax. Hasil cek darah dan rontgen ini yang akan memastikan bahwa segala sesuatunya di dalam tubuh kita tetap baik setelah terserang covid.
Awal tahun 2021 ini penyebaran virus semakin merajalela. Banyak orang dekat yang kita kenal, teman ataupun tetangga, tiba-tiba positif. Kadang bukan satu orang, banyak juga yang satu keluarga. Virus ini semakin dekat, tetapi apakah kita menjadi semakin waspada? Mungkin kita biasa-biasa saja. Percaya sama saya, jika sudah pernah merasakan, kita tidak akan lagi bersikap biasa-biasa saja. Akan ekstra waspada, karena begitu kena, mau OTG ataupun bergejala, sebetulnya kita masuk dalam medan pertempuran yang sama. Pilihannya ada tiga: selamat tanpa cacat, selamat tapi terluka, atau kita kalah dan (maaf) wafat.
Tapi sudahlah jangan terlalu dikhawatirkan, nanti merusak pikiran. Saya bagikan saja pengalaman kami 19 hari ini, terutama setelah hasil PCR menyatakan saya dan istri positif. Semoga bermanfaat.
Di tengah pandemik seperti sekarang, ada baiknya kita memiliki tiga perlengkapan kesehatan ini: termometer (alat pengukur suhu), alat pengukur tekanan darah, dan oxymeter (alat pengukur penyerapan oksigen di dalam tubuh). Ini perlengkapan yang wajib dimiliki di rumah.
Untuk memastikan apakah kita positif atau tidak, tidak harus menunggu kita bergejala. Jika kita termasuk orang berisiko tinggi, WFO (work from office), sering bertemu orang, sering ke mall, ke pasar, apalagi pengguna angkutan umum, ada baiknya kita melalukan swab secara rutin. Tidak harus PCR, swab antigen cukup. Sepekan sekali bagus, paling lama dua pekan sekali. Jika swab antigen positif, 85 persen kemungkinan kita memang positif covid. Memastikannya lagi, dilakukan dengan PCR yang akurasinya 95 persen.
Saat divonis positif, hal pertama yang paling penting dan ini sulit, tetap tenang dan menjaga pikiran tetap positif. Tetap positif saat tahu positif. Kenali tubuh kita, ingat-ingat apa yang pernah kita rasakan dalam 3-5 hari terakhir, biasa-biasa saja atau ada ketidaknyamanan. Juga kenali apa yang dirasakan saat ini. Ini harus dilakukan dengan pikiran yang tenang, jika panik, akan muncul gejala psikosomatis. Sebenarnya fisik tidak apa-apa, karena takut atau khawatir yang berlebihan, jadi merasa ada apa-apa. Bisa pusing, mual, jantung berdebar, bahkan mungkin demam. Padahal ini akan menentukan langkah kita berikutnya.
Setelah tahu kita ada merasakan gejala atau tidak, diskusikan dengan keluarga atau dokter yang menangani (jika ada), apakah kita perlu ke RS atau cukup isolasi mandiri di rumah. Jika merasakan gejala sehari atau dua hari sebelumnya dan bahkan saat itu, dirawat di RS akan menjadi pilihan yang tepat. Tapi ingat, saat ini mencari kamar di RS bukan perkara yang mudah. Saya dan istri, seperti pernah saya tulis pada seri sebelumnya, memutuskan untuk isolasi mandiri di rumah.
Setelah memegang hasil PCR, biasanya dokter yang menangani akan meminta untuk foto thorax dan cek darah. Ini untuk melihat kerusakan yang sudah diperbuat oleh virus yang ada di tubuh kita. Setelah keluar hasil cek darah dan thorax, dokter akan meresepkan obat dan suplemen yang harus kita konsumsi selama isolasi mandiri.
Saya mendapatkan tiga jenis obat: yaitu antibiotik, suplemen multivitamin, dan obat antivirus. Sesuai saran dokter, obat ini harus dikonsumsi dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi. Harus pada jam
yang tepat setiap harinya. Obat yang kami konsumsi yaitu: zinc sulfate monohydrate, hyloquin, dan azythromycin yang kami konsumsi secara rutin selama 6 hari. Kemudian dilanjutkan dengan fluvir selama 5 hari.
Tentu saja, pengobatan tidak bisa di-copy paste begitu saja, tetapi harus dengan resep dokter. Karena setiap pasien covid memiliki gejala dan kondisi yang berbeda-beda sehingga memerlukan obat dan dosis yang berbeda. Selama fase pengobatan ini, kami tidak disarankan mengonsumsi obat dan multivitamin yang lain karena bisa mengganggu penyerapan obat oleh tubuh. Dokter menyarankan, tambahan vitamin sebaiknya diperoleh dari sumber aslinya seperti buah-buahan atau sinar matahari pagi untuk mendapatkan vitamin D. Makan juga harus banyak meski indera perasa hilang. Jadi untuk sementara, program diet ditangguhkan.
Istirahat yang cukup dan tidak stress adalah hal lain yang sangat ditekankan oleh dokter. Pagi hari jam 8-9 berjemur. Namun karena saat ini musim hujan, agak jarang mendapatkan matahari pagi. Setiap bangun pagi, kami juga rutin memeriksa suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, dan kadar oksigen. Alhamdulillah sejak isolasi sampai hari ini, selalu dalam kondisi normal. Pernah di awal positif, detak jantung sampai 110, ternyata itu karena cemas yang berlebihan. Kondisi istri, juga sangat stabil dan bahkan sejak awal istri tampak lebih tenang.