“Kemudian kejadian hujan di wilayah Jabodetabek tersebut, umumnya terjadi pada malam dan terus menerus sampai dini hari dan berlanjut menjelang pagi hari. Itu waktu kritis yang perlu diwaspadai,” jelasnya.
Lebih lanjut Dwikorita menjelaskan kondisi cuaca ekstrem ini terjadi karena beberapa faktor.
Pertama, pada 18-19 Februari termonitor adanya aktivitas penguatan udara yang cukup signifikan, seruakan udara dari Asia.
Dimana aktivitas tersebut cukup signifikan mengakibatkan peningkatan aktivitas awan hujan di wilayah Indonesia bagian Barat.
Kondisi ini juga terjadi karena adanya gangguan atmosfer di zona ekuator. Gangguan aktivitas di zona ekuator ini mengakibatkan adanya perlambatan dan pertemuan angin, ada pembelokan, perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara.
“Kebetulan terjadi membeloknya itu tepat melewati Jabodetabek,” jelasnya.
“Saat membelok melambat di situlah terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan hujan yang terkondensasi turun sebagai hujan dengan intensitas tinggi,” tutup Kepala BMKG Dwikorita.
(ral/int/pojoksatu)
Sumber: www.pojoksatu.id