JAKARTA – Banyaknya hasil survei yang memunculkan sederat nama kandidat capres Pilpres 2024 tidak bisa dijadikan tolok ukur. Hasil survei itu juga tidak bisa dijadikan patokan untuk menerka-nerka siapa yang nanti akan melanjutkan tongkat estafet dari tangan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Demikian disampaikan orang dekat Jokowi, Arief Poyuono, dalam Ngobrol Bareng Bang Ruslan bertajuk Capres Harapan 2024 yang diselenggarakan Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (23/2/2021). Sebaliknya, mantan petinggi Partai Gerindra ini memiliki hitung-hitungan sendiri yang didasarkan pada ‘ilmu Jawa’.
“Percaya enggak percaya, orang yang jadi presiden Indonesia itu lahirnya bukan di Jakarta tapi di tanah Jawa. Kalau enggak di Jawa Timur di Jawa Tengah. Itu saya yakin,” ungkapnya.
Ciri khusus yang disebut Arief Poyuono bakal menjadi Presiden di 2024 adalah, orang asli Jawa.
Yakni, orang yang lahir di tanah Jawa tapi plasenta atau ari-ari (istilah Jawa) dikubur di suatu tempat di wilayah Jawa Tengah atau Jawa Timur.
“Jadi ari-arinya harus ditanam di pulau Jawa. Yaitu Jawa Tengah, Jawa timur. Di lereng Gunung Merbabu dan Gunung Lawu dan Gunung Slamet,” tuturnya.
Arief pun mengutarakan keyakinannya bahwa hitung-hitungan itu kecil kemungkinan meleset.
“Makanya boleh dicek, itu faktor satu dua yang menentukan. Yaitu faktor Tuhan dan garis tangan,” tandasnya.
Untuk diketahui, dalam sejumlah survei, Prabowo Subianto masih menjadi nomor wahid dengan elektabilitas tertinggi. Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Senin (22/2) kemarin misalnya, menempatkan Prabowo dengan elektabilitas mencapai 22,5 persen.
Prabowo unggul jauh dari Ganjar Pranowo dengan 10,6 persen dan Anies Baswedan dengan 10,2 persen.
Disusul Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dikehendaki oleh 7,2 persen responden dan Sandiaga Uno 6,9 persen.
Hasil tak jauh berbeda juga terdapat dalam hasil survei Parameter Politik Indonesia yang merilis hasil surveinya di hari yang sama.
Dimana Ketua Umum Partai Gerindra itu dicatat memiliki tingkat keterpilihan mencapai 19,9 persen.
Di urutan kedua sampai keempat, ada tiga kepala daerah.
Yaitu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 11,9 persen, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo 11,3 persen, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 4,1 persen.