Ujang Komarudin: Moeldoko Tidak Mungkin Mau Mengambil Kalau Nggak Ada Restu SK

Selasa 09-03-2021,00:00 WIB

JAKARTA – Usai Kongres Luar Biasa (KLB), Partai Demokrat diprediksi bakal bernasib seperti halnya Partai Berkarya. Partai besutan keluarga Cendana itu pun mengalami kudeta. Sedangkan Kemenkumham mengesahkan kepengurusan yang baru.

Ujung-ujungnya, penyelesaian harus dilakukan melalui jalur pengadilan. Demikian disampaikan pengamat politik Ujang Komarudin dilansir dari JawaPos.com (jaringan PojokSatu.id), Senin (8/3/2021).

”Permainan panjangnya di PTUN,” ujarnya. Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini bahkan menyebut apa yang dilakukan Moeldoko itu sangat ugal-ugalan.

Namun, Ujang yakin itu tidak akan menghambat proses di Kemenkum HAM. Apalagi, secara politik, Demokrat berada di luar haluan pemerintah.

”Itu pasti sudah berhitung. Moeldoko tidak mungkin mau mengambil kalau nggak ada restu SK. Nggak mungkin melakukan yang sia-sia,” papar dia.

Ujang berpandangan, Partai Demokrat sejatinya jauh lebih prospektif jika tetap dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Pasalnya, Demokrat selama ini memilih berada di luar pemerintahan yang mendapat dukungan lumayan dari publik yang tidak mendukung Presiden Jokowi.

Hal itu diperkuat dengan kesolidan jajaran pengurus yang solid dari tingkat pusat sampai level daerah. Akan tetapi, berbanding terbalik jika Partai Demokrat diambil alih Moeldoko yang menurutya bakal berdampak pada penurunan elektoral.

Dosen di Universitas Al Azhar Indonesia ini menyebut, setidaknya ada dua faktor yang membuat publik mengirimkan sentimen nagatif. Pertama, yakni tindakan kudet. Kedua, Moeldoko yang memang bukan kader partai berlambang bintang mercy itu.

“Bagi simpatisan fanatik Demokrat, itu akan menjadi persoalan, terlebih melihat prosesnya yang ugal-ugalan,” ulasnya.

”Kemungkinan pemilih akan pindah ke partai lain,” sambung Ujang.

Dengan kondisi demikian, Ujang menyebut Demokrat bakal kian menanggung beban berat tantangan di Pemilu 2024. Apalagi, perolehan suara partai berlambang bintang Mercy itu mengalami penurunan dalam dua pemilu terakhir.

Setelah menjadi pemenang Pemilu 2009, suara Demokrat melorot ke posisi keempat pada 2014.

Pada Pemilu 2019 Demokrat terlempar dari lima besar dengan perolehan 10.876.057 suara atau 7,77 persen dan menempati posisi keenam. (jpc/pojoksatu/fajar)

Sumber: www.fajar.co.id

Tags :
Kategori :

Terkait