Kamis 08-04-2021,00:00 WIB

JAKARTA— Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menginginkan agar acara-acara di Kementerian Agama diisi dengan doa semua agama.

Penulis Novel, Tere Liye, ikut berkomentar terkait hal itu. Tere Liye mengatakan, Menag seharusnya tidak perlu berlebihan hanya untuk dianggap toleran.

“Jangan lebay sok toleran,” ujar Tere Liye di akun Facebook-nya, seperti dikutip pada Kamis (8/4/2021).

Penulis Novel ‘Negara Para Bedebah’ ini menilai, doa menggunakan agama yang mayoritas di satu tempat merupakan sesuatu yang sudah biasa. Sudah dilakukan sejak lama dan tidak dipermasalahkan.

“Saat saya mengisi acara di Flores. Maka ketika susunan acara berdoa, yg dibacakan adalah doa agama Kristen. Saat saya mengisi acara di Bali, saat berdoa, yang dibacakan adalah doa agama Hindu. Saat saya di Aceh, yang dibacakan adalah doa agama Islam. Biasa saja. Dan memang begitulah bagusnya. Siapa yg mayoritas di sana, pas giliran baca doa, maka doa agamanya yang dibacakan,” katanya. Dia menilai, Menteri Agama seolah memaksakan agar dianggap toleran. Padahal, jika menggunakan doa semua agama di sebuah acara, maka itu akan menyita waktu.

“Kan repot, buat apa? Buang-buang waktu, lama. Padahal peserta sudah lapar pengin makan. Cukup 1 saja. Yang mayoritas,” katanya.

“Karena jika di kantor itu mayoritas agama A, kita maksa baca doa agama B, agar seolah-olah toleran, itu jadinya tidak nyambung,” imbuhnya.

Tere Liye mengatakan, daripada Kementerian Agama mengurus hal-hal receh seperti itu, lebih baik Kemenag membenahi lembaganya yang sering tersandung kasus korupsi.

“Mau semua agama dibacakan doanya, itu kementerian tetap saja biang korup. Karena sejatinya yang lebih mendesak dibacakan adalah: ruqyah setan koruptor di tubuh manusia-manusianya. Atau jangan-jangan setan pun minder. Karena manusianya lebih korup dibanding mereka,” cetusnya. (FIN)

Sumber: www.fajar.co.id

Tags :
Kategori :

Terkait