JAMBI - Museum Siginjei melaksanakan Seminar Kajian Anyaman Melayu Jambi yang berlangsung di Aula Museum Siginjei, Kamis (10/6). Kegiatan seminar ini dilaksankan dengan menerapkan Protokol Kesehatan yang sangat ketat, mulai dari peserta harus menggunakan masker, cucu tangan sebelum masuk ruangan, dan menjaga jarak sosial.
Peserta yang mengikuti seminar
Kegiatan seminar Kajian Anyaman Melayu Jambi dilaksanakan sebagai salah satu bentuk upaya untuk menindaklanjuti pelestarian anyaman Melayu Jambi yang dimiliki oleh museum, maupun oleh masyarakat. Hal karena banyak masyarakat yang belum mengetahui bagaimana budaya anyaman yang ada di Provinsi Jambi.
Kegiatan seminar ini dibuka oleh Plt. Kadis Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Provinsi Jambi, DR. Sri Purnama Syam, dengan narasumber dari pusat dan dihadiri oleh narasumber daerah, pejabat eselon III dan IV dilingkup Disbudpar Provinsi Jambi. Adapun peserta dalam kegiatan ini yaitu guru SLTP dan SLTA se Provinsi Jambi.
Narasumber saat menyampaikan materi
Plt. Kadis Budpar Provinsi Jambi, DR. Sri Purnama Syam mengatakan, kerajinan anyaman merupakan bentuk kerajinan tradisional yang sudah lama tumbuh sehingga perlu terus dilestarikan. Perkembangan kerajinan anyaman pada awalnya memiliki bentuk sederhana, yaitu sebagai karya seni untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Di provinsi Jambi masing-masing daerah memiliki kekhasan anyaman tersendiri. \"Bahkan salah satu hasil anyaman yang berasal dari Provinsi Jambi sudah masuk menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di Indonesia, yaitu salah satu karya anyaman yang berasal dari Sungai Penuh,\" sebutnya.
Plt Kadis Budpar Provinsi Jambi, DR. Sri Purnama Syam saat membuka kegiatan seminar
Budaya anyaman yang ada di Provinsi Jambi diharapkan bisa masuk dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah. Dapat menjadi acuan bahan ajar, sehingga dapat disalurkan kepada anak didik untuk terus melestarikan kebudayaan Jambi. Dengan demikian budaya anyaman dapat terus dilestarikan bagi generasi penerus bangsa yaitu anak didik saat ini.
Kepala Museum Siginjei, Dra. Nurlaini menyampaikan sambutan
Pada dasarnya, kerajinan anyam sudah ada dan berkembang sejak zaman dahulu dan bertahan sampai hari ini. Hasil karya kerajinan anyam masih dapat ditemukan sebagai pelengkap kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.l, karena manusia dalam kehidupannya tidak lepas dari berbagai kebutuhan. Kebutuhan yang bersifat fisik yaitu kebendaan dan kebutuhan rohaniah yaitu kepuasan batin. \"Karya anyam sebagai sebagian kecil kebutuhan fisik dari manusia. Anyam dapat ditemukan dalam pelengkapan kebutuhan sebagai alat rumah tangga,\" imbuhnya.