“Kenapa sih ken?!” Ujar Ai kesal, “ Udah kek ada gempa bumi aja tau nggak!” protesnya.
“Maaf kak Ai, tapi boleh nggak minjem uang Kak Ai dua puluh ribu dulu Kak. Gue lagi desek banget nih, dompet gue nggak tau nyelip dimana,” Jelas Keken.
Ai segera memberi uang pecahan lima puluh kepada Keken, Keken segera berlari sambil mengucapkan terimakasih.
“Makasih Kak Ai” teriak Keken yang sudah hampir jauh namun masih dapat didengar oleh Ai.
Keken membuat Kakinya bekerja ekstara dengan berlari sekencang – kencangnya, padahal Keken sudah tidak kuat lagi. Saat sudah hampir sampai di depan minimarket Keken memelankan laju lariannya dan masuk Ke minimarket dengan wajah yang pucat keseluruhannya.
“Mana si Dafa? Gue mau ngeganti uangnya” ujar Keken dengan nafas yang tersengal sengal dalam keadaan membungkuk sembari mengibarkan uang ditangannya.
“Udah pergi,” Jawab Opet santai, “Nih ada titipan buat lo dari dia!” Lanjur Opet lagi.
“APA!” PERGI!” teriak Keken, karena terlalu lelah, Keken segera tiduran di lantai minimarket secara sembarang, “Nggak tau apa ya gue hampir meregang nyawa gara – gara lari buat ngeganti uang dia.” Keluh Keken dengan mata terpejam.
“yang nyuruh lo ganti uangnya kan nggak ada Ken,” cerca Opet.
“Nyebelin lu, Dasar Opet!” Ejek Keken. Opet mendiamkan Keken, tahu jika ia meneruskan perkataan Keken maka hanya akan ledekan setelahnya.