\"Sebenarnya ibu saya sehat sekali. Tidak ada diabet. Tidak ada darah tinggi,\" ujar dr Radian. \"Beliau memang sudah senior, 71 tahun,\" tambahnya. Kalau pun pernah sakit itu tahun 2016. Yakni sakit myelofibrosis. Sakit terkait tulang sumsum yang tergolong langka.
Suami dokter Ike, juga seorang dokter, meninggal satu tahun lalu, karena stroke. Radian anak ketiga. Dua kakaknya berkarir di dunia perfilman.
Dokter Ike sekitar 10 hari dirawat di rumah sakit. Ketika masuk ICU dr Ike memanggil Radian. Ingin bicara. Radian pun merasa sang ibu sudah siap-siap untuk meninggal.
Sang ibu menceritakan bahwa semua utang dan kewajiban sudah dia selesaikan. Yang belum tinggal penutupan kartu kredit. \"Ibu sebenarnya ingin selesaikan juga, tapi administrasi kartu kredit agak panjang,\" ujar Radian.
Sang ibu juga sudah mencari-cari makam untuk dirinyi. Tapi belum sampai mendapatkan sudah masuk ICU. Akhirnya Radian memutuskan sang ibu dimakamkan di pemakaman Al Azhar, Karawang. Al Azhar memang menerima jenazah Covid-19 sekaligus mengizinkan suatu saat boleh dipindah ke makam lain.
\"Kami merencanakan suatu saat nanti memindah makam ibu ke Sirnaraga,\" ujar Radian. \"Agar kumpul dengan makam ayah, kakek, dan nenek,\" tambahnya. Sirnaraga terletak tidak jauh di belakang kampus Unpad.
Dokter Ike ternyata terjangkit Covid-19 dari asisten rumah tangga. Waktu itu sang asisten pulang kampung. Ketika tiba kembali dilakukan tes: negatif. Beberapa hari kemudian batuk-batuk. Dites lagi: positif.
Seisi rumah langsung dites. Radian sendiri –yang sejak ayahnya meninggal serumah dengan sang ibu– juga terjangkit. Begitu juga anak Radian. Dan sang ibu. Hanya istri Radian yang negatif.
Radian lebih dulu sembuh. Lalu bisa merawat sang ibu di hari-hari akhirnyi.
Sedih: dokter Ike maupun dr Radian sama-sama sudah divaksin. Sudah dua kali. (Dahlan Iskan)