Pandu berpesan, jangan sampai batik yang dijual dengan harga yang tinggi, dan dipromosikan di tingkat nasional kualitasnya sama dengan batik kebanyakan dijual di pasaran. \"Kita harus melihat tren warna, melalui pelatihan ini perajin diharapkan dapat memperkaya ilmu tentang pewarnaan, gunakan pelatihan ini semaksimal mungkin,\" sebut Pandu.
Sementara itu, Ketua Tim Pelatih Pewarnaan, Wignyo Rahadi yang juga merupakan desainer nasional menambahkan, pada kesempatan pandemi inilah menguji perajin untuk lebih kreatif dalam berusaha. Karena dalam masa inilah mental pelaku usaha sudah terbentuk dan bisa lebih survive dalam menghadapi tantangan bisnis. \"Peran pewarnaan ini sangat penting, karena hasil karya batik dan songket pasti yang utama dilihat yaitu dari pewarnaan, baru selanjutnya corak, motif dan seterusnya. Warna juga dapat menjadi identitas asal, seperti Batik Jambi identik dengan warna maroon, merah atau biru,\" katanya.
Warna harus dikuasai dengan baik oleh perajin agar batik dan songket dapat diterima di pasaran. \"Kualitas warna harus lebih baik dan jangan luntur. Karena kalau luntur, itu akan sangat merugikan,\" imbuh Wignyo. (kar)