Masuki Fase Ekstrem, Epidemiolog: Kematian Covid-19 di Agustus Bisa Capai 200.000

Sabtu 17-07-2021,00:00 WIB

JAMBIEKSPRES.CO.ID- Ahli Epidemiologi, Ridwan Amiruddin, mengatakan, penanganan pandemi Covid-19 saat ini telah memasuki fase ekstrem.

Pasalnya, overview situasi Indonesia per 15 Juli 21 sebanyak 56.757 kasus baru dengan kasus aktif 17,6% (480.199). Angka kematian 2.7% (70.192). Positifity rate 30%.

“Sudah sepekan ini rekor pertambahan kasus harian Covid-19 di Indonesia menduduki posisi tertinggi secara global. Tentu ini bukan reputasi yang baik, ini adalah bukti ketidakberdayaan sistem kesehatan mengelola pandemik sekelas covid-19,” katanya, dalam keterangan tertulisnya yang diterima Fajar.co.id, Jumat (16/7/2021).

Lanjut kata Ketua Tim Ahli Pengendalian Covid-19 Sulsel ini, besar peluang akan terjadi kumulatif kematian covid terlaporkan sebesar 173.000 per awal Oktober 2021. Terdapat tambahan kematian 115.000 dari Juni hingga Oktober 2021. Laporan kematian kemungkinan akan mencapai puncak pertengahan Agustus sebesar 1.790 kasus.

Menurutnya, jika penggunaan masker bisa mencapai 95% maka proporsi kematian dapat ditekan lebih rendah dari skenario. Pada skenario terburuk diproyeksikan 200.000 kumulatif kematian terlaporkan sekira awal oktober.

“Laporan harian kematian akan mencapai puncaknya dengan kasus 2.230 pada pertengahan Agustus 2021,” imbuhnya.

Baca juga: Mensos Bu Risma Sibuk Bikin Dapur Umum, Pengamat: Masa Covid Sama dengan Bencana Banjir

Ia menyebutkan, per Oktober 21 diproyeksikan 38.000 nyawa dapat diselamatkan dengan vaksinasi. Selain itu Infeksi harian akan mengalami peningkatan hingga 181.000 kasus per awal Oktober. Pada skenario terburuk akan mencapai 248.600 kasus pada awal oktober 2021.

“Situasi terburuk pada level pandemi ditandai dengan epidemi tidak terkendali serta respons yang terbatas. Hentikan transmisi secara geografis sesingkat mungkin, setiap individu harus tinggal di rumah, membatasi kontak sosial di luar rumah. Sektor esensial tetap menjaga suplai logistik warga dan.bisnis sekunder harus tutup,” tutur Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas tersebut. (selfil/fajar)

Sumber: www.fajar.co.id

Tags :
Kategori :

Terkait