“Hanya ini satu-satunya cara, bu,” jawabku.
Aku pun berusaha untuk meyakinkan Ibu.
Hingga akhirnya, dia setuju dengan ideku tersebut.
Setelah menyiapkan beberapa hal, aku dan Ibu langsung menuju ke dapur.
Kami sibuk dengan hal yang cukup melelahkan.
Namun, belum selesai hal itu kami lakukan, ayah tiba-tiba pulang.
Ayah memergoki aku dan ibu sedang melakukan hal terlarang.
“Apa-apaan ini. Sejak kapan kalian mengoplos minuman keras seperti ini?” teriak Ayah.
Ibuku hanya diam. Aku pun mencoba untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi kepada Ayah. “Ekonomi keluarga sedang sulit. Aku dan Ibu mencoba untuk menjual minuman ini, yah,” jawabku.
“Ini perbuatan terlarang, dosa. Buang!” teriak Ayah.
Ayah langsung menasihatiku dan Ibu.
Ayah mengakui bahwa keadaan ekonomi memang sedang sulit.
Namun, kata Ayah, masih ada banyak hal halal yang bisa dilakukan untuk mencari uang.
Tidak seperti yang aku dan Ibu lakukan.
“Kita masih bisa berusaha dengan cara halal. Meski hasilnya tak banyak, kita harus bersyukur,” kata Ayah.
Aku sangat merasa bersalah karena telah mengajak Ibu untuk melakukan hal terlarang ini.