DBL Effect di PON Papua

Rabu 06-10-2021,00:00 WIB

Tercatat ada 47 alumnus DBL Indonesia All-Star tampil di PON Papua. Mereka ini pernah ikut program camp kami sampai terbang dan berlatih/belajar di Amerika Serikat. Termasuk berlatih di Mamba Academy, program basketnya legenda NBA yang baru-baru ini meninggal, Kobe Bryant.

Yang membuat saya bangga, program-program itu semua murni swasta, tidak ada dana dari pemerintah.

Dan ini belum menyebut pelatih-pelatihnya. Tidak sedikit yang meniti karir dan meraih sukses berkat pengalaman melatih di DBL.

Bagi penggemar basket, beberapa hasil di PON Papua ini mungkin mengejutkan. Misalnya, tim putra Sulawesi Utara (Sulut) sempat mengalahkan tim putra Jawa Timur (Jatim). Lalu, tim putri Sulawesi Selatan (Sulsel) sempat menundukkan DKI Jakarta.

Buat saya, dan teman-teman di manajemen DBL, hasil-hasil itu tidak terlalu mengejutkan. Karena kami tahu siapa saja yang bermain di tim-tim tersebut.

Di tim putra Sulut misalnya, ada banyak pemain hebat di sana. Yang menonjol di PON Papua adalah Fernando Manansang. Dan waktu di DBL Camp beberapa tahun lalu, Fernando sudah sangat menonjol. Bahkan oleh pelatih-pelatih camp kami dari World Basketball Academy (WBA) Australia, Fernando sempat dipilih sebagai MVP (pemain terbaik) DBL Camp. Dia pun dapat kesempatan dua kali ikut DBL Indonesia All-Star, terbang ke Amerika (2018-2019).

Saya sendiri termasuk paling suka kalau harus terbang ke Manado untuk melihat kompetisi DBL di sana. Walau gedung pertandingannya relatif kecil dan kurang baik, antusiasme peserta dan penontonnya termasuk yang paling heboh se-Indonesia.

Di mana ada antusiasme, di situ akan muncul banyak partisipan serius. Dari banyaknya partisipan serius, pada akhirnya akan muncul bintang yang bersinar. Itu hukum alam sederhana. Menegaskan pendapat saya di awal tulisan ini.

Kemudian dari tim putri Sulsel, ada berlian bernama Ummil Azmi, alumnus DBL Indonesia All-Star 2016. Performa menggilanya benar-benar mengejutkan arena basket PON. Ketika tim Sulsel mengalahkan DKI Jakarta 66-56. Ummil juga menjadi top scorer dan top rebounder di PON Papua ini.


Ummil Azmi (kanan) ketika membela tim Sulsel mengalahkan DKI Jakarta.

Ketika tulisan ini dibuat, cabor basket di PON Papua memang belum berakhir. Namun sudah ada satu kepastian: Bintang alumnus DBL akan mengantarkan tim mana pun yang merebut medali emas.

Saya memang warga Surabaya, warga Jawa Timur. Dan tentu dalam hati saya ingin melihat Jatim meraih hasil maksimal. Tapi, di sisi lain, siapa pun yang juara saya tetap bangga. Dan merasa segala upaya seluruh personel DBL selama bertahun-tahun ini ada efeknya untuk olahraga nasional.

Sejauh ini, hanya DBL yang paling konsisten menyelenggarakan kompetisi di wilayah sebanyak mungkin di Indonesia. Selama belasan tahun dengan standar dan regulasi yang konsisten.

Efeknya sebenarnya sudah ada sejak lama. Begitu banyak, bahkan mayoritas pemain timnas, pernah merasakan atmosfer DBL. PON di Papua ini semakin menegaskan itu. Bahwa DBL membantu pengembangan secara lebih merata, membuat peta kekuatan juga jadi lebih merata. Bukan lagi Jawa-sentris.

Ke depan, dalam tahun-tahun ke depan, saya yakin DBL Effect ini akan semakin terasa. Walau sempat terhenti karena pandemi pada 2020, efek DBL masih akan ada dalam beberapa tahun ke depan.

Tentu saja, tidak boleh terhenti terlalu lama. Syukur Alhamdulillah, Honda DBL 2021 akan segera kembali bergulir. Sempat dimulai dengan protokol eksperimen pada Februari-Maret lalu di NTB dan Sumatera Selatan, pekan ini kami akan restart lagi.

Tags :
Kategori :

Terkait