Tantangan IVO selain mulut manusia adalah ketersediaan bahan baku sawit. Hampir seluruh PKS yg ada memiliki lahan sawit sendiri yg dibangun sedekat mungkin. Sementara kapasitas IVO yg besar tanpa ketersediaan lahan yg memadai akan memunculkan aksi ninja (nilep janjangan) sawit, malah berpotensi tingginya masalah sosial. Petani sawit biasanya sudah punya tempat penyaluran tersendiri, dgn sistem kontrak. Mudah2an ada jalan, namun harga bensa akan mahal karena harga minyak goreng new normal Rp14.000/liter.
Aat
Mulut menjadi pesaing green energy, pantat menjadi salah satu penyumbang gas rumah kaca. Hhhhh
Alexs sujoko sp
Pernah kami buat di sebuah Tambang besar adr* kerjasama dengan Komatsu Indonesia dan Sumitomo Jepang. Biodiesel bisa disebut FAME ( Fatty Achid Methyl Ester ), sedang penyebutan dari bahan dasarnya : 1. RME - Rapeseed Methyl Ester - di Uero, France, Austria, germany 2. SME - Soybean Methyl Ester - USA, South America 3. POME - Palm Oil Methyl Ester - Malaysia, Indonesia, Thailand 4. CME - Coconut Methyl Ester - Philipines 5. TMW - Tallow Methyl Ester - UK, Oceania 6. SunME - Sunflower Methyl Ester. Jadi kalau lihat productnya Indonesia ya sebutannya POME ( Palm Oil Methyl Ester ). Untuk membuat Biodiesel dari bahan baku Vegetable Oil dengan cara menambahkan Catalys berupa Methanol, dan menghasilkan Glycerol + Biodiesel. Ada proses di situ yaitu menghilangkan Glycerol ( Transesterification prosess ) agar bisa dihasilkan BIODIESEL ( biasa disebut B100 - karena murni Biodiesel )
Yuwono Kelik
sebenere kalau dengan harga yang seperti abah bilang dapat ron 112 itu masih ok. disini banyak kok kendaraan2 high performance yang butuh bahan bakar dengan ron diatas 110 dan selama ini sangat mahal harganya
Hardiyanto Prasetiyo
Jika menganut Peak Oil Theory karya Hubbert, inovasi energi terbarukan seperti ini untuk diversifikasi energi tepat sekali. Karena pada abad 21, ditengarai produksi crude oil sudah pada puncak maksimum porduksinya diseluruh dunia. Salah satunya yg sudah mulai hijrah adalah Oil King Arab Saudi, melalui Saudi vision 2030 mereka telah mendiversifikasi pendapatan mereka dari yang awal mula didominasi dari sektor energi akan mulai beralih ke sektor pariwisata. Ini menandakan bahwa sektor energi sudah habis masanya. Saudi vision 2030 adalah jawaban dari alternatif solusi atas krisisnya energi di Arab Saudi. Bagaimana contermeasure dari konsumen seperti Indonesia ? Inovasi energi macam inilah yg dibutuhkan segera jika tidak mau mengalami energy shortage layaknya Lebanon kapan hari. Cuman masalahnya inovasi macam ini sering kali terhambat karena birokrasi yg berbelit2, karena sekali lagi menyangkut hajat hidup mafia minyak kedepannya yang akan tereduksi jika inovasi energi ini terjadi. Akankah BRIN dapat memfasilitasi inovasi macam ini? ataukah BRIN masih disibukkan dengan urusan lebur melebur lembaga riset? atau malah BRIN hanya menjadi Badan Reset Inovasi Nasional yang hanya mereset standarisasinya saja tanpa mendukung aktualisasinya? Kita tunggu saja dan semoga sesuai dengan gajinya.
Alexs sujoko sp