Berdasarkan temuan peneliti didapatkan nilai rata-rata penurunan setelah dilakukan intervensi yaitu sebanyak 3. Pada penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya didapatkan dari hasil penelitian rerata sebelum diberikan intervensi berkumur dengan obat kumur rasa mint menunjukkan nilai 5,56 (haus sedang), sedangkan nilai rerata setelah diberikan intervensi berkumur dengan obat kumur rasa mint mengalami penurunan menjadi 3,69 (haus ringan) dengan selisih 1,87 dengan jumlah sampel 16 orang (7).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa terdapat 1 responden yang tidak menngalami peeubahan setelah dilakukan intervensi, hal ini dikarenakan responden tidak menanyakan kapan terakhir pasien minum sebelum diberikan intervensi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dengan terletak pada jumlah sampel yang lebih besar yaitu 31 orang selama 12 hari dengan intervensi dilakukan selama 30 detik dengan gerakan berkumur dilakukan secara teratur. Berkumur dengan menggunakan rasa mint pada penelitian ini berdampak pada penurunan rasa kering di mulut akibat program pembatasan cairan, sehingga hal tersebut akan dapat menurunkan rasa haus yang muncul. Gerakan berkumur juga akan membuat otot-otot bibir, lidah dan pipi berkontraksi. Kontraksi tersebut akan merangsang kelenjar saliva di mulut untuk menghasilkan saliva. Akumulasi saliva dimulut mencegah mulut dari kering dan haus karena osmoreseptor mengirimkan sinyal ke hipotalamus bahwa kebutuhan akan air terpenuhi.
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini disarankan kepada pengelola rumah sakit dapat membuat kebijakan dan standar prosedur operasioanal manajemen rasa haus kepada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan menggunakan obat kumur rasa mint untuk mengurangi rasa haus.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat kumur mint dapat menurunkan rasa haus pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Diharapkan berkumur dengan obat kumur mint dapat digunakan untuk terapi menejeman rasa haus pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, dan hal ini dapat diterapkan saat berada di rumah. (*)
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis. http://www.pusdatin.kemkes.go.id
2. Kemenkes RI. (2018). Laporan Riset Kesehatan Dasar 2018. www.depkes.go.id
3. Smeltzer, C. S. dan Bare, G. B. (2013). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Jilid 2. Jakarta : EGC.
4. Kowalak. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
5. Laseduw, J., (2014). Manfaat dan kandungan daun mint untuk kesehatan. Jakarta: Agro Media Pustaka
6. Putra, W.S. (2013). Sehat dengan Herbal Tanpa Dokter. Yogyakarta : Citra Media
7. Ardiyanti, A.A (2015). pengaruh kumur dengan obat kumur rasa mint terhadap rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di SMC RS Telogorejo Semarang. Jurnal Keperawatan Kemenkes Semarang. Vol.3, No.1
8. Armiyati, S. (2019). Optimizing of Thirst Management on CKD Patients Undergoing Hemodialysis by Sipping Ice Cube. Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 1,
9. Arfany, N. W. (2014). Efektivitas mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Kesehatan. Vol.4, No.2.
10. Norman, Anna. (2016). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Klien dengan Chronic Kidney Disease dengan Intervensi Inovasi Bilas Mulut dengan Obat Kumur dan Mengunyah Permen Karet Terhadap Penurunan Rasa Haus di Ruang Hemodialisa RSUD A.W. Sjahranie. Jurnal Kesehatan. Vol.3, No.2.
11. Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC
12. Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing : Consep, Process and Practice. Edisi 7. Vol.3. Jakarta : EGC
Slone, E. (2014). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.