UIN SUTHA Kembali Adakan International Professional Development

Jumat 11-03-2022,00:00 WIB

JAMBI – Guna terus meningkatkan kualitas yang ada, UIN STS Jambi, Selasa (8/3) kembali mengadakan International Professional Development bersama Prof. Farha Abassi pakar Mental Health Amerika Serikat yang juga Direktur Muslim Studies Consortium serta dosen di Michigan State University. Kegaiatan di buka langsung Rektor UIN STS Jambi, Prof. Dr. H. Su’adi, MA., Ph.D. Mengangkat topik tentang Mental Health (Kesehatan Mental), kegiatan ini dimoderatori oleh Dr. Isabella Tirtowalujo, wakil Direktur Asian Studies Center, Michigan State University.

“Saya sangat menyambut baik kembalinya kegiatan ini setelah sempat terhenti karena persapan awal semester pada bulan Januari dan Februari. Topik seperti Mental Health, Environmental Health, Science, dahulu sangat jarang menjadi topik pembicaaraan di UIN SUTHA. Namun saat ini dengan platform Transintegrasi ilmu, kita sudah harus membahas topik-topik seperti science, social science, dan topik-topik lainnya yang menyangkut hajat hidup manusia.” Jelas Rektor UIN STS Jambi, Prof. Dr. H. Suaidi,MA.,Ph.D.

Dirinya juga mengharapkan agar partnership dengan MSU merambah pada kerjasama yang lebih luas, seperti membuka peluang untuk mengundang dosen -dosen MSU untuk menjadi dosen tamu di UIN Jambi pada dua atau tiga mata kuliah. UIN STS Jambi sendiri telah memulai menjadi dosen tamu pada mata kuliah GSAH (Global Studies in the Arts and Humanities- kelas pascasarjana, MSU).

Michigan State University, salah satu kampus terbesar di Amerika Serikat dapat terus terjalin sehingga UIN STS Jambi dapat berperan aktif dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dunia.

Usai dibuka secara resmi, Prof. Farha Abbasi langsung membawakan materi yang berjudul “Being in faith-Coping with the Stress of Covid 19 pandemic and beyond” (Berada dalam iman-Mengatasi Stres pandemi Covid 19 dan kasus lainnya). Dalam paparannya, Prof. Farha Abbasi mengungkapkan bahwa saat ini umat Islam hampir di seluruh dunia mengalami tekanan demi tekanan: Di India misalnya, wanitia berhijab dilecehkan, di Amerika terjadi banyak isu-isu Islamophobia, di Timur Tengah dan Afirka peperangan dan kemiskinan melanda umat Islam, dan stereotype di negara-negara lain bahwa Muslim digambarkan dengan kekerasan, jilbab dianggap sebagai paksaan atau penekanan pada wanita, pemuda Muslim digambarkan sebagai ancaman masa depan, dan lain sebagainya. Belum lagi media yang terus menggambarkan Muslim secara negatif. Ditambah lagi dengan Pandemi Covid-19 yang kemudian memperparah situasi tersebut.

Hal-hal inilah yang kemudian menjadikan banyak Muslim diberbagai negara, terutama di Amerika Serikat mengalami depresi. Oleh karena itu, sangat penting untuk membahas Mental Health untuk kemudian membantu memulihkan kondisi Kesehatan Mental akibat Covid 19 dan kondisi dan tantangan sosial politik yang kurang berpihak pada umat Islam.

Permasalahannya kemudian adalah bahwa selama Covid-19, Masjid banyak ditutup, ibadah yang selama ini biasa dilakukan di Musola atau di Masjid, dalam dua tahun terakhir harus diadakan di rumah. Kondisi ini tentu memperparah kondisi mental umat Islam.

Prof. Farha kemudian mengutip surat Al-Baqarah: 155 “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Kemudian beliau juga mengutip Ayat Quran Al-Baqarah: 286 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya.”

Dua ayat inilah yang kemudian menjadi dasar untuk Umat Muslim agar membentengi diri dari penyakit kesehatan mental. Secara umum ada tiga tips agar kita dapat terhindar dari permasalahan kesehatan mental:

Tags :
Kategori :

Terkait