Orientasi masa depan ekonomi OKU menjadi ke arah Lampung, itu memang kurang memuaskan ego lokal. Solidaritas sesama Sumsel-nya bisa terganggu. Tapi itu bukan salah OKU. Itu karena ada jalan tol –yang membuat jarak OKU ke pelabuhan besar di Lampung menjadi lebih dekat.
Tadi malam saya sampai Lubuk Linggau. Jalan dari Baturaja ke Linggau kian \'\'berat\'\': 7 jam. Hanya sekali berhenti untuk isi bensin. Saya melewati Kabupaten Muara Enim, Empat Lawang, dan Musi Rawas.
Banyak pembangunan di situ. Empat Lawang lagi membangun ibu kota di Tebing Tinggi. Musi Rawas juga membangun ibu kota barunya. Lubuk Linggau kini menjadi kota utuh –tanpa menjadi ibu kota Musi Rawas lagi.
Musi Rawas ini juga harus dicatat di Disway –sebagai kabupaten yang bupati dan wakilnya wanita. Ir Ratna Mahmud berpasangan dengan Suwarti. Saya tidak tahu apakah ada kabupaten lain yang dipimpin wanita-wanita.
Saat tulisan ini saya buat, malam sudah larut: 22.30. Kendaraan baru saja meninggalkan kota Curup. Maka tulisan ini harus diakhiri. Sebentar lagi harus melewati Kepahiang. Yang jalannya sangat berliku –yang kalau sambil menulis bisa mabuk Kepahiang.
Saya lirik sebentar perkembangan di Ukraina. Konvoi militer Rusia bergerak lagi: kian mendekati ibu kota Ukraina, Kiev. Sudah seminggu konvoi sepanjang 60 km itu berhenti di luar kota Kiev. Berhenti di situ. Ada yang bilang untuk konsolidasi. Ada yang bilang kekurangan logistik.
Menjelang kelokan-kelokan Kepahiang hujan turun. Jalan menuju Bengkulu kian gelap. Berarti dua jam lagi belum tentu bisa tiba di Bengkulu.
Lelah, ngantuk, penat jadi satu. Tapi perjalanan ini harus sampai di tujuan. Jam berapa pun. (*)