Oleh: Dahlan Iskan
Selasa, 26 April 2022
INI hari ketiga setelah Presiden Jokowi mengumumkan larangan total ekspor minyak sawit.
Harga minyak goreng di pasar masih bervariasi. Ada yang turun sedikit. Ada yang naik sedikit –seperti dikutip CNN Indonesia dari pasar di Bekasi kemarin.
Sambutan umum sangat menggembirakan. \"Ini baru presiden,\" tulis salah satu komentar di Disway memuji ketegasan larangan ekspor itu. \"Beliau ternyata bukan hanya petugas partai. Juga tidak bisa disetir oligarki,\" tambahnya.
Reaksi petani sawit sebaliknya. \"Presiden juga harus memikirkan yang terkait dengan petani sawit. Yang jumlahnya mencapai 5 juta orang,\" tulis komentar dari Sumatera. Mereka merasa terancam dengan larangan ekspor itu. Harga jual tandan sawit bisa jatuh.
Besok adalah hari keempat. Lusa, Anda tahu: hari kelima. Saya akan terus melihat perkembangan harga minyak goreng. Terutama ketersediaannya. Kalau sampai lusa masih belum berubah, berarti larangan ekspor total itu berlaku.
Mulai 28 April 2022.
Dan akan terus berlaku. \"Sampai minyak goreng melimpah di dalam negeri,\" seperti dikatakan sendiri oleh Presiden Jokowi.
Soal ketersediaan, rasanya sudah mulai cukup. Di pasar-pasar. Juga di supermarket. Tapi harganya yang belum cukup. Menandakan minyak goreng belum melimpah.
Mungkin harus sabar. Peraturannya lagi disusun.
Anda bisa membayangkan: betapa sibuk para pejabat eselon satu dan eselon dua sekarang ini. Khususnya di kementerian perdagangan. Dan di kementerian perindustrian. Juga di kementerian hukum dan HAM.
Merekalah yang dalam praktiknya menjadi \'\'dapur\'\' penyusun konsep peraturan yang akan diterbitkan. Bunyinya bagaimana.
Berapa pasal.