ANUGRAH “MOST INSPIRING TOURISM LEADER” HANYA EFORIA VS ENTRY POINT TRANSFORMASI PARIWISATA JAMBI
Dr. Novita Erlinda, SE, MAP (Kabid Destinasi dan Industri Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi)-Ist-
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Narasi Indah Bergema di Panggung Anugerah Wonderful Indonesia Award, pada Tanggal 5 Desember 2025
“Dalam perjalanan panjang pembangunan pariwisata Indonesia, selalu ada sosok yang hadir bukan sekedar sebagai pemimpin, tetapi sebagai penyala harapan. Beliau yang melihat keindahan bukan hanya pada lanskap alam, tetapi juga pada semangat masyarakat di dalamnya. Hari ini, kita memberi penghormatan kepada sosok Gubernur Jambi, penerima Anugerah Most Inspiring Tourism Leader Tahun 2025”.
Narasi indah ini tentunya menjadi pro dan kontra pada mindset orang yang berbeda, yaitu hanya sebagai eforia atau disisi lain sebagai spirit untuk meningkatkan kepariwisataan di Provinsi Jambi. Jika kita menoleh pada data pergerakan wisatawan tahun 2022 sampai 2024 adanya trend peningkatan. Pergerakan wisatawan Nusantara mulai dari 2.309.503, 3.063.142, dan 5.056.717. Sedangkan Wisatawan Mancanegara mulai dari 2.106, 3.521, dan 4.550. Peningkatan pergerakan wisatawan tentu ditunjang oleh meningkatnya kualitas destinasi wisata di Provinsi Jambi. Dimana sampai Tahun 2025 ini terdata sebanyak 315 Daya Tarik Wisata (DTW), yang terdiri dari 42 DTW sejarah/budaya, 113 DTW alam, dan 160 DTW buatan. Disamping itu juga ditunjang dengan berkembangnya 77 desa wisata yang terdiri dari 66 desa wisata rintisan, 8 desa wisata berkembang, dan 3 desa wisata maju.
BACA JUGA:Wakil Ketua DPR RI Dasco Usulkan Kemendagri Berhentikan Sementara Bupati Aceh Selatan
Jumlah kunjungan wisatawan biasanya dapat diperbandingkan antar provinsi, misalnya Provinsi Jambi dengan provinsi tetangga seperti Sumatera Barat, Palembang dan Riau. Namun demikian, perlu mempertimbangkan karakteristik provinsi yang berbeda seperti jumlah destinasi wisata, kapasitas akomodasi, aksesibilitas, dan skala kota besar atau kecil. Disamping itu juga mempertimbangkan bahwa provinsi dengan bandara internasional besar misalnya seperti Sumatera Barat dan Riau, tentunya akan berbanding lurus dengan banyaknya jumlah kunjungan wisatawan manancanegara.

ANUGRAH “MOST INSPIRING TOURISM LEADER” HANYA EFORIA VS ENTRY POINT TRANSFORMASI PARIWISATA JAMBI-Ist-
Pariwisata Jambi memiliki modal daya tarik yang sangat kuat, dimana Jambi memiliki kombinasi alam tertinggi, situs sejarah terbesar, geopark berkelas dunia, keunikan budaya melayu, serta ekowisata terlengkap di Sumatera. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa Pariwisata di Provinsi Jambi masih menghadapi tantangan berupa aksesibilitas, amenitas, branding, tata kelola, dan investasi. Hal ini tentu perlu mengembangkan strategi penguatan destinasi unggulan, misalnya Muaro Jambi – Merangin – Kerinci, sehingga Jambi sangat berpotensi menjadi “Golden Triangle Tourism Sumatera”. Dalam konteks ini, Jambi dipandang memiliki aset seperti Candi Muaro Jambi, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan budaya lokal yang kaya. Potensi ini memungkinkannya untuk membentuk kemitraan strategis dengan dua destinasi unggulan Sumatera lainnya dalam menciptakan koridor pariwisata yang terintegrasi dan menarik lebih banyak pengunjung, dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi ekonomi dari sektor pariwisata.
Jika dilakukan pendekatan analisis komparatif berbasis teori pariwisata, keunggulan Pariwisata Jambi dibandingkan dengan provinsi tetangga seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Riau dari Perspektif 4A (Attraction, Accessibility, Amenities, dan Ancillary. Pertama, Attraction (daya tarik) yaitu berupa keunggulan utama Jambi dalam “diversifikasi atraksi” seperti atraksi alam (Gunung Kerinci, TNKS, Danau Gunung Tujuh, Geopark Merangin dll). Atraksi kultural seperti festival tahunan diantaranya Festival Danau Kerinci dan Festival Batanghari, serta berbagai upacara adat. Atraksi Sejarah seperti Candi Muaro Jambi (kompleks terbesar di Sumatera). Sementara Provinsi Sumatera Barat, Palembang, dan Riau unggul di aspek tertentu, tetapi tidak selengkap Jambi. Sumatera Barat kuat di atraksi budaya & Kuliner Minang. Palembang kuat pada atraksi sejarah Sriwijaya & city tourism. Riau kuat denga atraksi budaya Melayu & religi. Keunggulan Jambi memiliki kombinasi alam, budaya, sejarah, geologi yang sesuai dengan teori diversification advantage. Kedua, Accessibility (Aksesibilitas) menentukan kemudahan berwisata. Jambi relatif setara dengan ketiga provinsi tetangga dalam akses darat, namun penerbangan lebih terbatas. Disisi lain, Jambi memiliki keunggulan akses intrawilayah menuju kawasan wisata alam Kerinci dan Merangin yang relatif terkoneksi jalur nasional. Dari sudut teori, walau akses udara lebih rendah, namun akses intrawisata Jambi menuju nature-based tourism lebih dekat daripada di Sumatera Barat dan Riau. Ketiga, Amenities (Fasilitas) Jambi masih moderat, lebih baik dari Riau untuk wisata alam, tetapi di bawah Suatera Barat karena destinasi lebih matang. Namun menurut teori “amenities–attraction balance”, Jambi tetap unggul karena atraksi utamanya adalah ekowisata yang hanya memerlukan fasilitas lebih sederhana. Keempat, Ancillary (Lembaga Pendukung), Jambi memiliki banyak Pokdarwis aktif, Geopark Board, Balai Pelestarian, akademisi pertanian dan ekowisata. Khusus untuk ekowisata, ancillary support Jambi lebih kuat dibanding Palembang dan Riau.
Selanjutnya dari perspektif Teori Daya Saing Destinasi (Ritchie & Crouch), dimana Model ini menilai Core Resources & Attractors Jambi lebih kuat, karena adanya Gunung tertinggi di Indonesia diluar Papua, UNESCO World Heritage (Taman Nasional Kerinci Sablat), UNESCO Global Geopark Merangin, dan Candi terbesar. Sehingga tidak ada provinsi pembanding yang memiliki empat “core resources” sekaligus seperti Jambi. Keunggulan lainnya, Kerinci sebagai “natural hub” merupakan Supporting Factors yang menawarkan udara sejuk, pemandangan premium (strong environmental quality). Destination Management Jambi memiliki diferensiasi yang jelas, yaitu heritage, nature, adventure yang menurut teori lebih berdaya saing dibanding destinasi homogen. Qualifying Determinants yang dimiliki Jambi, berupa stabilitas sosial, keamanan, dan lingkungan yang masih asri menjadi faktor penentu daya saing menurut teori. Selanjutnya dari sisi Policy & Planning, adanya geopark, renstra pariwisata, dan pengembangan Candi Muaro Jambi menunjukkan arah kebijakan yang konkrit dibanding Riau (lebih MICE) atau Palembang (lebih urban).
Jika menggunakan Perspektif Model Pentahelix, pariwisata berhasil bila kolaborasi pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, dan media berjalan baik. Dalam hal ini, keunggulan Jambi memiliki Komunitas (Pokdarwis) sangat aktif, Akademisi (Unja, STIE, Unbari, Poltekpar wilayah dll) terlibat dalam riset pariwisata & geopark, serta Media lokal yang rutin mempublikasikan kegiatan geopark & desa wisata. Dibanding dengan Sumatera Barat kuat pada komunitas, tetapi fokus pada budaya. Palembang kuat di pemerintahan & event. Riau kuat di bisnis, lemah di komunitas. Keunggulan Jambi memiliki keseimbangan pentahelix, yang menurut teori lebih sustain.
Kemudian menurut Perspektif Butler’s Tourism Area Life Cycle (TALC) atau model yang menilai posisi tahap perkembangan destinasi: dari tahapan exploration-involvement, development-consolidation, stagnation-decline/rejuvenation. Pada teori ini, Jambi berada pada tahap “Involvement-Early Development”. Tahap Ini membuat Jambi lebih menarik bagi wisatawan modern yang mencari: keaslian (authenticity), ketenangan, pengalaman unik, dan tidak massal. Sementara Sumatera Barat pada tahap “development–consolidation” atau mulai over-tourism. Palembang pada tahap consolidation atau pariwisata kota matang. Riau pada tahap stagnation/low growth atau produk terbatas. Menurut teori TALC ini, destinasi tahap awal seperti Jambi memiliki nilai eksotis dan diferensiasi kuat, hal ini menjadi keunggulan kompetitif kedepannya.
Terakhir jika dilihat dari perspektif teori Experiential Tourism yang menilai kekuatan destinasi dalam menciptakan pengalaman emosional, Jambi unggul karena menawarkan: Adventure experience seperti : pendakian, arung jeram, dan danau di atas awan. Spiritual–historical experience berupa : candi kuno, situs Buddha, ritual Melayu. Nature healing experience berupa : danau, hutan tropis, kebun teh tertinggi. Sementara provinsi lain cenderung monotipe pengalaman : Sumatera Barat berupa budaya, Palembang berupa kota kuliner, Riau berupa Melayu–religi.
Dari sudut pandang teori pariwisata (4A), bahwa Jambi unggul karena atraksi paling lengkap dan unik yaitu alam, budaya, sejarah, dan geologi. Menurut Teori Daya Saing Destinasi, bahwa Core resources Jambi jauh lebih kuat daripada provinsi pembanding. Kemudian menurut teori Pentahelix, bahwa Jambi memiliki kolaborasi komunitas, akademisi, pemerintah yang lebih solid, terutama di ekowisata & geopark. Menurut Butler’s TALC, bahwa Jambi berada di tahap early development, sehingga lebih eksotis & menarik bagi wisatawan modern. Terakhir menurut teori Experiential Tourism, bahwa Jambi menawarkan spektrum pengalaman lebih luas berupa adventure, nature, dan heritage.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



