DISWAY BARU

Guru, Perajut Fondasi Generasi Berprestasi

Guru, Perajut Fondasi Generasi Berprestasi

Yusriwiati Yose--

Oleh:  Yusriwiati Yose

Di SMPN 11 Batanghari, sebuah ruang bekas gudang kini berubah menjadi “kelas jamur”. Di sinilah Titien Suprihatien, seorang guru IPA, menanamkan konsep ekosistem bukan lewat ceramah, tetapi lewat budidaya jamur tiram. Murid-muridnya merawat, mengukur, menghitung, menyimpulkan, bahkan mengemas hasil panen. Ruang belajar itu tidak hanya mengajarkan biologi; ia mengasah logika, kreativitas, dan jiwa wirausaha.

BACA JUGA:Update Harga Emas Antam Selasa 25 November 2025, Hari Ini Melonjak Rp40.000 Menjadi Segini

Ilmu kimia pun menjadi lebih dekat dengan kehidupan saat Titien mengajak siswanya membuat sabun dan deterjen. Pendekatannya yang membumi menjadikan pelajaran sains tidak lagi sekadar rumus di papan tulis, tetapi pengalaman nyata yang melekat di ingatan.

BACA JUGA:Warga Jateng Full Senyum! Harga BBM Pertalite-Pertamax Tak Berubah, Ini Harga BBM di SPBU 25 November 2025

Titien adalah satu dari 60 Fasilitator Daerah Program Literasi Numerasi Grant Project Tanoto Foundation di Riau dan Jambi. Mereka adalah guru dan kepala sekolah yang memilih memikul peran ganda: tetap mengajar di kelas, sambil menjadi mentor dan penggerak bagi rekan-rekan sejawat di daerahnya masing-masing.

BACA JUGA:KPK Dalami Dugaan Korupsi Pembangunan 31 RSUD di Indonesia

Di tangan 27 Fasilitator di Riau dan 33 Fasilitator di Jambi, semangat perubahan itu menjelma menjadi 15 tim solid yang mendampingi 686 guru dan kepala sekolah. Melalui pelatihan, pendampingan, dan praktik belajar yang lebih bermakna, mereka membantu menata kembali fondasi literasi dan numerasi yang sangat dibutuhkan generasi muda kita.

Mereka adalah garda depan perubahan, menyalakan obor pengetahuan dari ruang kelas hingga ruang-ruang rapat sekolah, dari kelompok kerja guru hingga komunitas belajar lintas kabupaten.

BACA JUGA: Update Harga Emas di Pegadaian Selasa 25 November 2025, Hari Ini Kompak Turun

Fondasi literasi dan numerasi inilah yang akan menentukan arah Indonesia pada tahun 2045, saat bangsa ini merayakan seratus tahun kemerdekaannya. Literasi menuntun anak memahami dunia; numerasi melatih mereka berpikir runtut dan menyelesaikan masalah. Tanpa keduanya, kompetensi lain akan rapuh seperti bangunan yang berdiri di atas pasir.

Dari Kelas ke Komunitas: Gerakan yang Menyatu

BACA JUGA:392 Pejabat Sarolangun Ikuti Uji kompetisi Pro ASN

Program Literasi Numerasi Grant Project bukan sekadar rangkaian kegiatan pelatihan. Ia tumbuh menjadi gerakan kolektif yang memadukan komitmen guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, BGTK, BPMP, hingga komunitas.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: