Mengejar Tuah Kumis Naga Hingga ke Negeri Singkawang

Kumis naga selama acara perayaan Cap Go Meh di Singkawang menjadi incaran masyarakat yang hadir. Terlihat pemandu replika naga bersiap tampil dalam Festival Cap Go Meh di Kota Singkawang Rabu (12/2/2025)-Foto: Dona Piscesika/Jambi Ekspres-
KALBAR, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Kota Pontianak pagi ini Rabu 12 Februari 2025 masih sangat gelap, lorong hotel Ibis tempat kami menginap juga masih sangat sepi. Agak merinding, bukan karena takut tapi karena dingin, kota ini sedang hujan.
Sudah pukul 01.45 WIB dini hari, saya harus bergegas. Kemarin dengan 19 jurnalis lain saya sudah janjian, pukul 02.00 WIB kumpul di lobi hotel, 10 menit kemudian naik bus dan jam 06.30 pagi targetnya sampai di Kota Singkawang, tempat pelaksanaan Festival Cap Go Meh terbesar di Indonesia.
Keberangkatan kali ini agak sedikit berbeda, saya sampai tak bisa nyenyak tidur, jangan sampai kebablasan, ini pengalaman pertama saya ke Kota Singkawang, tidak boleh ketinggalan.
Semua yang berangkat ini adalah peserta Program Indonesia Media Program yang sedang saya ikuti. Program ini diselenggarakan Australian Broadcasting Corporation (ABC) by ABC International, diikuti 20 jurnalis dari berbagai media di Indonesia, termasuk saya, dari Jambi Ekspres mewakili Sumatera.
Lantas mengapa ke Singkawang? Ini adalah tugas praktek lapangan kami, liputan perayaan Cap Go Meh Singkawang, tentu saya sangat antusias.
Semua kami sudah dapat rundown Cap Go Meh di Singkawang, sangat banyak, panjang pula. Sangat wajar kalau ini dikatakan sebagai perayaan Cap Go Meh terbesar di Indonesia atau jangan-jangan juga se Asia.
Rangkaian kegiatannya saja sudah dimulai sejak 29 Januari 2025, hampir setiap hari ada kegiatan, dari ritual, pawai, expo, dan ceremony lainnya. Dan hari ini adalah puncaknya, tanggal 12 Februari 2025.
Tidak ada penugasan khusus dari fasilitator kami Mark Bowling, jurnalis ABC Australia. “Tulis saja yang menurut kalian menarik dan memiliki makna,” begitu kata bule ganteng ini saat briefing, sehari sebelum berangkat.
Semua kami akhirnya memilih tema masing-masing, pun saya. Tanpa pikir panjang saya memilih dua tema, salah satunya terkait kumis naga.
Mengapa kumis naga? Karena sejak hari pertama di Kota Pontianak, saya bertemu banyak warga lokal, baik itu Tionghoa maupun bukan, memakai helaian benang warna-warni, di pegelangan tangan mereka.
“Itu kumis naga, hoki jika berhasil mengambil kumis naga dan mamakainya, dicabut dari replika naga-naga,“ kata Tracy, salah satu jurnalis asal Pontianak menjelaskannya kepada saya.
Semakin senang, gadis berparas imut dari media Hi Pontianak itu memberi sehelai kumis naga merah, langsung diikatkan di lengan kiri saya.
“Ini pakai, supaya tahun ini beruntung terus, saya cabut langsung dari naga pagi -pagi buta tadi saat liputan, sebelum ke sini,” lanjut Tracy.
Tak terasa, sudah azan subuh, bus yang sedari tadi melaju dari hotel, ternyata sudah sampai di sebuah masjid, yang muslim bergegas sholat subuh, yang tidak sholat, memilih duduk-duduk di depan masjid untuk mengendorkan pinggang. Informasi dari pak sopir, satu jam lagi perjalanan kami akan sampai di Kota Singkawang.
Benar saja, sekitar pukul 06.30 kami akhirnya sampai juga di Kota Singkawang. Masih sangat pagi, tapi kota ini sudah sangat ramai, banyak sekali kelompok warga, entah tamu dari luar, entah warga lokal, semua berjalan kaki menuju ke pusat kota.
“Nanti kalau sedikit siang, bisa macet, bisa gagal melihat festival,” ujar Dina, panitia dari Forum Jurnalis Perempuan Indonesia Kalbar yang ikut mendampingi kami.
Acara seremonial dimulai pukul 08.00 WIB, akan hadir Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming dan istri, juga sejumlah menteri. Saya dan 19 jurnalis lain, memilih untuk tidak terlalu fokus dengan acara seremonial, kami sudah ada tema masing-masing yang akan diliput, dan rasanya memang tidak ada yang mengambil tema Pembukaan oleh Wapres.
Jadi berpencarlah kami, ke tujuan masing-masing. Beruntung, saya satu iringan dengan dengan Lina, jurnalis Pontianak Post, dia dari suku Melayu dan besar di Singkawang, Lina pula yang menjelaskan semua detail prosesi Cap Go Meh dengan sangat detail.
“Di sini, toleransi super tinggi, bahkan yang bukan orang Tionghoa pun sampai hapal prosesi Cap Go Meh, dari kecil ini sudah jadi tontotan kami, kami ikut menikmati,” kata Lina.
Lina pula yang membawa saya sampai ke kelompok replika naga yang akan tampil dalam iringan Festival Cap Go Meh dan akan melewati Wapres dan tamu VIP lainnya nanti.
Takjub! Total ada sembilan resplika naga, semua super besar, panjangnya bahkan ada yang sampai 38 meter. “Satu naga bisa dipandu oleh 30 pengiring, semua naga ini dibuat oleh Santo Yosep Singkawang Group,” kata Bong Sin Fo, ketua yang membuat semua replika naga itu.
Sembilan naga sedang bersiap tampil dalam iringan festival Cap Go Meh 2025 di Kota Singkawang-Foto: Dona Piscesika/Jambi Ekspres-
Tentu yang saya perhatikan duluan adalah kumis naga-naganya. Saya beruntung, dapat akses masuk ke kelompok naga itu di titik start festival, tepat di depan Rumah Dinas Walikota Singkawang. Tidak ada masyarakat umum di sana jadi saya bebas mengelus-ngelus kumis naga itu.
“Kalau mau kumisnya, ambil saja, ini saya ambilkan ,” ujar Kokoh, salah satu pengiring naga kepada saya. Ia melihat saya terlalu fokus memperhatikan kumis sejak awal, jadi mungkin dia kasihan. Katanya, jumlah kumis yang terpasang di masing-masing naga tidak bisa diprediksi, namun itu bisa ratusan, tergantung tim produksi yang memasang.
“Tapi satu helai kumis ini, bisa untuk gelang dua orang, panjang, bisa hoki lah dua orang yang pakai,” tambah Kokoh lagi. Kumis sembilan naga ini akan jadi rebutan massa nanti saat iring-iringan keliling Kota Singkawang. Karena ini masih pagi, saya merasa beruntung, mengelus-elus kumis naga yang akan tampil, tanpa saingan.
Katanya akan lebih baik lagi, kumis naga yang diambil berasal dari replika naga yang akan menjalani prosesi bakar naga sore hari, setelah festival.
Sebenarnya, tuah apa yang diharapkan dari sehelai kumis naga? Saya sempat bertanya kepada Bun Cin Thong, salah satu tokoh Singkawang setelah Wapres Gibran pulang dari lokasi acara. Cin juga adalah ketua pelaksana inti Perayaan Cap Go Meh Singkawang tahun ini. Katanya berebut kumis naga itu memang telah jadi tradisi masyarakat Tionghoa dimana-mana, ada keseruannya juga.
“Memang tidak ada kajian khusus terkait tuah kumis naga, namun sebagian masyarakat Tionghoa meyakini kumis naga ini bisa membawa hoki,” ujar Ci. Di Singkawang tak hanya masyarakat Tionghoa saja yang berburu kumis naga, masyarakat umum pun, suku berbeda, juga ada yang ikut mengambilnya, tambahnya lagi.
Tak hanya dijadikan gelang, sebagian ada yang menggantungkan kumis naga di pintu rumah, atau ditempatkan di tempat-tempat yang dianggap sakral di rumahnya.
Replika naga yang siap menjalani prosesi bakar naga di salah satu klenteng di Singkawang saat Cap Go Meh 2025-Foto: Dona Piscesika/Jambi Ekspres-
Kata Ci, naga di tengah masyarakat Tionghoa adalah makhluk sakral, jadi bagian apa pun dari naga menjadi sangat berharga. Kumis dari replika naga juga dipercaya sebagian masyarakat lokal bisa membantu menolak bala, menangkis sial, baik dalam bisnis, kehidupan berumah tangga maupun dalam kehidupan bersosial.
Sebenarnya tak hanya kumis, sisik replika naga juga menjadi incaran. Tahun ini ada sembilan naga yang tampil di penutupan Cap Go Meh dan semua akan menjalani prosesi bakar naga, dan naga yang akan menjalani prosesi bakar naga biasanya memang lebih diburu kumisnya.
Apa bedanya kumis naga Singkawang dan kumis naga Pontianak dan daerah lain? Kata Ci sebenarnya sama saja. Yang dikejar itu tuahnya. Hanya saja, mungkin kalau dari Singkawang, kumis direbut sambil menikmati suguhan perayaan yang sangat kompleks dan banyak.
Perayaan Cap Go Meh di Singkawang tahun ini memang sangat meriah. 736 tatung melakukan atraksi saat penutupan Cap Go Meh. Ini adalah jumlah yang sangat besar untuk ukuran Indonesia.
Belum lagi ritual-ritual lain, ada juga expo, pameran, dan seremonial lain. Jadi sangat wajar, jika telah masuk musim Imlek, semua mata tertuju ke Singakawang.
BACA JUGA:20 Jurnalis Ikut Program IMP ABC Australia, Salah Satunya dari Jambi Ekspres
Hari sudah sore, rasanya belum puas berada di Singkawang tapi ini sudah pukul 16.00, sesuai janji, saya harus kembali ke titik kumpul. Kami harus pulang ke Pontianak.
Saya melirik ke pergelangan tangan, ternyata sudah bertambah satu lagi kumis naga yang terpasang di tangan kiri saya.
Jauh juga saya menggali informasi soal tuah kumis naga. Semoga tahun berikutnya bisa kembali ke sini, mengambil kumis naga lagi, dengan warna yang berbeda. (*)
Jurnalis Jambi Ekspres Dona Piscesika saat mengikuti puncak perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang Rabu (12/2/2025)-Foto: Istimewa-
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: