Jeju Air Kurangi Operasi Penerbangan Atas Respons Masalah Keselamatan
Arsip foto - Tragedi Jeju Air. Otoritas Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024) melaporkan bahwa 179 orang diduga tewas dalam kecelakaan pesawat di Bandara Internasional Muan, seperti diberitakan oleh media lokal.-Foto : ANTARA/foto-Anadolu/py/pri.-
SEOUL, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Jeju Air Co. mengumumkan pada Kamis bahwa mereka berencana mengurangi operasi penerbangan mulai pekan depan sebagai tanggapan atas meningkatnya kekhawatiran tentang keselamatan penerbangan maskapai berbiaya rendah terkemuka tersebut setelah kecelakaan fatal pekan ini.
Song Kyung-hoon, kepala kantor dukungan manajemen Jeju Air, mengatakan dalam konferensi pers bahwa perusahaan sedang mempersiapkan pengurangan operasi penerbangan domestik mulai pekan depan dan untuk rute internasional mulai minggu ketiga bulan ini.
Malfungsi roda pendaratan pada pesawat Jeju Air B737-800 yang jatuh pada Minggu telah menimbulkan kekhawatiran bahwa maskapai tersebut mungkin lebih mengutamakan operasi dibandingkan waktu pemeliharaan yang memadai, sehingga berpotensi mengorbankan keselamatan.
Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan yang menewaskan 179 orang tersebut diketahui telah mengoperasikan 13 penerbangan dalam 48 jam sebelum insiden terjadi.
Sebelumnya, Jeju Air telah mengumumkan rencana untuk mengurangi operasi penerbangan sebesar 10-15 persen hingga Maret guna meningkatkan keselamatan operasional.
Ketika ditanya tentang potensi krisis likuiditas akibat gelombang pembatalan tiket, Song mengakui bahwa pembatalan memang meningkat dibandingkan sebelumnya, tetapi pemesanan baru masih terus masuk.
Terkait dukungan finansial darurat untuk keluarga korban, Song mengatakan Jeju Air sedang berdiskusi dengan keluarga korban mengenai metode dan prosedur.
“Ketika diskusi selesai, kami akan membimbing mereka menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk memastikan pencairan dana yang cepat," katanya, dikutip dari Antara.
Menanggapi kritik tentang kemungkinan kekurangan dalam pemeliharaan pesawat, Song mengatakan perusahaan memiliki jumlah teknisi pemeliharaan yang sangat terampil sebelumnya dan memberikan peluang bagi mereka untuk terus bekerja bahkan setelah pensiun.
"Namun, pandemi COVID-19 membuat kami tidak dapat mempertahankan kontrak-kontrak tersebut," ucapnya.”
“Akibatnya, ada periode di mana kami tidak dapat memenuhi standar yang direkomendasikan Kementerian Transportasi untuk mempertahankan 12 teknisi per pesawat,” tambah dia.(ANTARA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: