Menakar Langkah Bisnis Jambi di Tahun 2024: Peluang, Tantangan, dan Arah Masa Depan
Syahmardi Yacob--
Di sisi lain, penurunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hingga Rp833 miliar menjadi pukulan bagi berbagai program pembangunan yang direncanakan. Anggaran yang lebih kecil ini memaksa pemerintah daerah untuk melakukan prioritisasi ketat, dan bukan tidak mungkin beberapa proyek infrastruktur atau layanan publik terpaksa ditunda. Dampaknya tentu akan dirasakan oleh masyarakat, terutama mereka yang berada di wilayah yang bergantung pada pembangunan jalan, jembatan, atau layanan dasar lainnya. Bagi pelaku usaha yang sangat bergantung pada infrastruktur ini, seperti petani dan pedagang, keterlambatan pembangunan bisa memperlambat aktivitas ekonomi mereka (Kalangan Jambi, 2024).
Wacana pemekaran wilayah menjadi topik yang banyak dibicarakan di Jambi. Bagi sebagian masyarakat, pemekaran ini membawa harapan untuk mendekatkan pelayanan pemerintah, membuka peluang baru, dan meningkatkan pembangunan daerah. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa pemekaran dapat memperbesar ketimpangan jika sumber daya tidak dialokasikan dengan bijaksana. Wilayah yang baru dimekarkan memerlukan infrastruktur dasar, pelayanan administratif, hingga anggaran operasional, yang jika tidak dikelola dengan baik, malah bisa menjadi beban baru bagi pemerintah daerah (Oke Jambi, 2024).
Pemerintah Provinsi Jambi tampaknya menyadari tantangan ini. Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi prioritas, dengan fokus pada pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang lebih adaptif terhadap perkembangan zaman. Selain itu, pembangunan infrastruktur seperti jalan tol Betung-Jambi dan Pelabuhan Ujung Jabung terus digalakkan untuk membuka akses baru bagi investasi dan perdagangan. Namun, di balik ambisi pembangunan ini, ada kekhawatiran tentang dampak lingkungan yang sering kali terabaikan. Hutan Jambi, yang menjadi paru-paru daerah, terus menyusut akibat pembangunan infrastruktur dan eksploitasi sumber daya. Kehilangan sekitar 10.000 hektar hutan setiap tahun bukan hanya ancaman bagi ekosistem, tetapi juga bagi masyarakat lokal yang bergantung pada hasil hutan untuk kehidupan sehari-hari (Forest Watch Indonesia, 2024).
Digitalisasi di kalangan UMKM menjadi kabar baik lain dari Jambi. Banyak pelaku usaha kecil mulai memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produk mereka ke luar daerah, bahkan ke tingkat nasional. Namun, kesenjangan digital masih menjadi masalah nyata. Di banyak wilayah pedesaan, akses internet masih terbatas, sementara literasi digital belum merata. Hal ini membuat pelaku UMKM di wilayah terpencil sulit bersaing dengan mereka yang memiliki akses teknologi lebih baik. Upaya pemerintah untuk memberikan pelatihan dan memperluas jaringan internet diharapkan dapat membantu pelaku usaha kecil ini memanfaatkan potensi ekonomi digital sepenuhnya (Bank Indonesia Jambi, 2024).
Tahun 2025 juga membawa peluang baru melalui ekonomi hijau. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan mulai tumbuh, baik di kalangan pemerintah maupun masyarakat. Bisnis yang berfokus pada praktik ramah lingkungan, seperti energi terbarukan dan pertanian organik, mulai berkembang. Namun, transisi ke ekonomi hijau ini membutuhkan dukungan besar, baik dari sisi kebijakan maupun pendanaan, agar tidak hanya menjadi wacana tetapi juga benar-benar diimplementasikan.
Secara keseluruhan, tantangan yang dihadapi Jambi di tahun 2025 tidaklah ringan. Namun, di tengah tantangan tersebut, ada peluang besar untuk membangun perekonomian yang lebih tangguh dan inklusif. Pemerintah perlu bekerja sama dengan masyarakat dan dunia usaha untuk memastikan bahwa setiap kebijakan dan program pembangunan memberikan manfaat yang nyata, terutama bagi mereka yang paling membutuhkan. Dengan pendekatan yang lebih humanis dan berorientasi pada keberlanjutan, Jambi dapat menjadikan tahun 2025 sebagai momentum transformasi menuju masa depan yang lebih baik.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Provinsi Jambi menunjukkan pencapaian yang positif dalam pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024. Angka pertumbuhan yang stabil, didukung oleh sektor-sektor seperti jasa kesehatan, informasi dan komunikasi, serta industri pengolahan, mencerminkan upaya pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks. Meski demikian, perjalanan Jambi menuju perekonomian yang lebih tangguh masih diwarnai oleh sejumlah tantangan, termasuk ketergantungan pada sektor primer seperti kelapa sawit dan karet, fluktuasi harga komoditas global, serta dampak perubahan iklim yang semakin nyata.
Upaya diversifikasi ekonomi menjadi salah satu langkah penting untuk mengurangi risiko ketergantungan yang tinggi pada komoditas primer. Pengembangan sektor hilir, seperti industri pengolahan, energi hijau, dan ekonomi kreatif, dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar sekaligus menciptakan lapangan kerja baru. Selain itu, investasi dalam infrastruktur fisik, seperti jalan tol dan pelabuhan strategis, dapat memperkuat konektivitas antarwilayah dan membuka peluang perdagangan yang lebih luas.
Adaptasi teknologi juga menjadi kunci bagi transformasi ekonomi Jambi. Perkembangan digitalisasi di kalangan pelaku UMKM memberikan harapan baru bagi pengembangan bisnis lokal yang lebih kompetitif. Namun, kesenjangan digital di wilayah pedesaan tetap menjadi tantangan yang harus diatasi melalui perluasan infrastruktur internet dan peningkatan literasi digital. Hal ini penting untuk memastikan bahwa semua masyarakat, tanpa memandang lokasi atau skala usaha, dapat merasakan manfaat dari perkembangan teknologi.
Selain itu, keberlanjutan pembangunan harus menjadi perhatian utama. Pembangunan infrastruktur dan proyek-proyek strategis harus diimbangi dengan perlindungan lingkungan, mengingat tekanan besar yang sudah dihadapi ekosistem Jambi, seperti deforestasi dan degradasi tanah. Kebijakan ekonomi hijau yang ramah lingkungan dapat menjadi arah strategis yang tidak hanya menjaga sumber daya alam, tetapi juga membuka peluang pasar baru di era transisi energi dan kesadaran lingkungan global.
Dengan langkah-langkah strategis yang berfokus pada diversifikasi ekonomi, peningkatan infrastruktur, adaptasi teknologi, dan keberlanjutan lingkungan, Jambi memiliki peluang besar untuk menciptakan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Meskipun tantangan tetap ada, kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat menjadi kunci untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak hanya sekadar angka, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi seluruh lapisan masyarakat. Masa depan Jambi bergantung pada sejauh mana potensi besar ini dapat dimanfaatkan secara bijaksana, dengan tetap menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
*) Penulis adalah Guru Besar Manajemen Pemasaran Universitas Jambi juga Ketua Dewan Pakar KADIN Provinsi Jambi
Daftar Pustaka
Bank Indonesia. (2024, Juni 11). Laporan perekonomian Provinsi Jambi Mei 2024. Retrieved from https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/lpp/Pages/Laporan-Perekonomian-Provinsi-Jambi-Mei-2024.aspx
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: