RSUD Hanafie Bungo Disorot dalam Debat Kandidat, Ini Penjelasan Direkturnya
Direktur Utama (Dirut) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Hanafie Muara Bungo dr. Edi Mustafa, M. Kes-Foto: Istimewa-
MUARABUNGO, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Direktur Utama (Dirut) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Hanafie Muara Bungo dr. Edi Mustafa, M. Kes memberikan tanggapan tentang apa yang disampaikan calon Bupati Dedy Putra dalam acara debat kandidat putaran pertama, pada Sabtu malam (2/11/2024).
Edi Mustafa menyebutkan bahwa RSUD H. Hanafie Muara Bungo tidak bisa dibantah sudah menjadi rumah sakit rujukan untuk wilayah Jambi bagian barat (Merangin, Sarolangun, Tebo, Kerinci dan Sungai Penuh), dari tahun 2013 lalu.
"Kalau untuk rujukan, sudah dari tahun 2013 lalu. Bahkan saat ini rumah sakit H. Hanafie sudah naik menjadi tipe B. Inilah faktor yang memperkuat kita sebagai menjadi rumah sakit rujukan untuk Jambi wilayah barat, bahkan Kabupaten Provinsi tetangga juga ada yang dirujuk ke RSUD Bungo seperti Dharmasraya, " uja Edi Mustafa, Minggu (3/11/2024).
Edi Mustafa juga menjelaskan, RSUD H. Hanafie Muara Bungo memiliki peralatan dan petugas medis yang lebih lengkap dibanding rumah sakit plat merah lainnya daerah Jambi Wilayah Barat lainya.
"Jika dibandingkan di daerah lainnya yang ada di Jambi wilayah barat ini, rumah sakit kita yang paling lengkap. Makanya kita ditunjuk jadi rumah sakit rujukan. Dan ini juga melalui proses panjang hingga bisa serperti sekarang," ucapanya.
Terkait tenaga medis kata Edi Mustafa, RSUD H. Hanafie juga lebih banyak dibanding rumah sakit lainnya di Jambi wilayah barat. Bahkan, saat ini RSUD H. Hanafie sudah memiliki sub spesialis dan dokter spesialis.
"Kita sudah ada beberapa orang dokter sub spesialis, yang tentunya dapat memberikan pelayanan yang lebih maksimal. Bahkan kita sudah menjadi pusat layanan pasien cuci darah. Makanya wajar kita jadi rujukan wilayah barat," jelas Edi lagi.
Meskipun RSUD H Hanafie sudah menjadi rumah sakit rujukan lanjut Edi Mustafa, ada beberapa kategori pasien yang harus mendapat tindakan rujukan ke rumah sakit yang tentunya memilik tipe atau kelas lebih tinggi.
"Jadi kalau pasiennya butuh penindakan lebih lanjut, sementara alatnya kita tidak ada, ya pasti kita rujuk kembali ke rumah sakit yang lebih lengkap," jelasnya.
Seperti pasien jantung dan struk, jelas Edi, ada tingkatan kondisi pasien yang membutuhkan penanganan lebih lanjut dan diharuskan dirujuk, maka barulah tindakan rujukan dilakukan.
"Tekhusus pasien struk yang memerlukan tindakan Magnetic Resonance Imaging (MRI), saat ini masih kita rujuk karen kita belum memilikinya, tapi insyaallah alat ini akan diberikan oleh kementrian pada tahun 2025 mendatang," jelasnya.
"Jadi biasanya kita merujuk ke Sumatra Barat, ini karena rumah sakit disana tipe A milik kementrian yang perlatannya lebih lengkap dibandingkan kita. Jadi bukannya tanpa dasar. Saya berharap masyarakat kita bisa mengerti hal ini," tutupnya.(aes)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: