Fenomena Alam: Proses Terjadinya Pelangi

Fenomena Alam: Proses Terjadinya Pelangi

Merianti, S.Pd mahasiswi Pascasarjana Prodi Pendidikan Fisika Fakultas FKIP Universitas Negeri Padang (UNP)--

Oleh : Merianti, S.Pd Mahasiswi Pascasarjana Prodi Pendidikan Fisika Fakultas FKIP Universitas Negeri Padang (UNP) 

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Salah satu fenomena alam yang sering terjadi saat musim penghujan, yaitu Pelangi. fenomena alam bernama Pelangi ini terbentuk secara alami.

Terbentuknya Pelangi merupakan hasil proses optik yang muncul apabila sinar matahari serta kondisi atmosfer berada pada kondisi-kondisi tertentu yaitu cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya.

Pada pelangi, proses berurainya warna terjadi ketika cahaya matahari yang berwarna putih terurai menjadi spektrum warna melalui media air hujan. Jika unsur pembentuk Pelangi yaitu sinar matahari dan air hujan bertemu, maka akan terbentuk Pelangi.

Merianti, S.Pd mahasiswi Pascasarjana Universitas Negeri Padang (UNP) mengatakan, secara garis besar, pelangi akan melewati tiga tahapan yaitu refleksi, dispersi, dan refraksi.

Pertama, Refleksi, pada proses refleksi, butiran air di udara dapat berfungsi layaknya cermin kecil. Saat cahaya matahari menyinari butiran air, maka sebagian besar cahaya akan terpantul kembali. Saat terjadi hujan, udara biasanya mengandung banyak butiran air yang bentuknya seperti tirai dan masing-masing butiran air itu akan memantulkan kembali cahaya matahari yang datang.

"Kedua, Dispersi, proses dispersi, yaitu fenomena terurainya suatu cahaya. Cahaya matahari tampak berwarna putih. Saat cahaya matahari mengenai dan dipantulkan oleh butiran air, cahaya akan terdispersi, lalu melebar sehingga terlihat warna-warni yang ada di pelangi," jelas Merianti, Jum'at (4/5).

Dikatakannya, Ketiga, Refraksi, pada proses refraksi, cahaya matahari menembus butiran air dan dipantulkan kearah yang sedikit berbeda. Itulah yang dinamakan refraksi cahaya. Setiap warna pada umumnya akan mengalami refraksi kearah yang berbeda. Perbedaan arah cahaya tersebut dipengaruhi oleh panjang gelombang setiap cahaya.

"Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Cahaya matahari adalah cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna putih cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya yang berbeda-beda. Pelangi biasanya dikenal dengan warna me-ji-ku-hi-bi-ni-u. Hal ini terjadi karena pada mata manusia hanya mampu mencerap paling tidak tujuh warna yang terkandung pada cahaya matahari. Oleh karena itu, cahaya putih disebut juga cahaya tampak atau gelombang tampak sedangkan komponen lainnya adalah cahaya yang tidak tampak seperti inframerah (di sebelah kanan warna merah) dan ultraviolet (di sebelah kiri jingga). Dalam fisika, warna-warna lazim diidentifikasikan dari panjang gelombang. Misalnya, warna merah memiliki panjang gelombang sekitar 625–740 nm, dan biru sekitar 435–500 nm, juga memiliki frekuensi 4,3 x 1014 Hz sampai 7,5 x 1014 Hz," urainya

Dari artikel didapat kesimpulan, bahwa pelangi dapat terlihat apabila ada percikan air keudara, misalnyadi air terjun atau di pantai dekat tebing. Jadi, pelangi tidak hanya terjadi setelah hujan melainkan juga bisa terbentuk asal memenuhi syarat yaitu matahari membiaskan sinarnya pada tetesan air, kemudian cahaya tersebut berbelok dari satu medium udara ke medium air dan akan menghasilkan warna-warna yang indah, yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

Ketika semua gelombang terlihat secara bersama-sama, itu akan tampak sebagai cahaya putih seperti pada cahaya matahari. Biasanya, mata manusia dapat mendeteksi panjang gelombang dari 380 hingga 750 nanometer.

"Setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda. Panjang gelombang itulah yang kemudian dipersepsikan oleh otak manusia sebagai warna yang berbeda-beda," tandasnya. (*)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: