Eksploitasi Demokrasi: Pemilu Indonesia 2024
Syahmardi Yacob Guru Besar FEB Universitas Jambi--
Di tengah arus globalisasi dan digitalisasi yang semakin menguat, pemilu di Indonesia tahun 2024 tidak hanya sekedar pesta demokrasi, tapi juga arena pertarungan narasi, kepentingan, dan tentunya, eksploitasi demokrasi.
Pada fase awal menuju pemilu 2024 telah memperlihatkan dinamika politik yang sarat dengan manuver-manuver strategis, di mana setiap elemen masyarakat berusaha keras untuk mempengaruhi arah dan hasil pemilu demi kepentingan tertentu, termasuk Lembaga-lembaga Survey yang bekerja untuk memberikan opini pada keterpilihan calon presiden yang telah di tetapkan oleh KPU
Data dan Realitas
Data dan prediksi seputar pemilu 2024 menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan demokrasi yang kompleks. Tingkat partisipasi pemilih yang fluktuatif dalam beberapa siklus pemilu terakhir menjadi salah satu indikator penting.
Sebagai gambaran bahwa pada pemilu 2019, partisipasi pemilih mencapai angka yang cukup tinggi, yaitu sekitar 80%, menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Namun, di balik angka tersebut, tersembunyi cerita tentang polarisasi masyarakat yang semakin tajam, disinformasi, dan kampanye hitam yang marak di media sosial.
Manipulasi Informasi dan Media Sosial
Era digital telah membawa perubahan signifikan pada cara kampanye politik dilakukan. Media sosial, yang seharusnya menjadi alat pemberdayaan demokrasi, sering kali berubah fungsi menjadi alat manipulasi informasi. Fenomena ini bukan hanya merusak tatanan demokrasi tetapi juga mengancam integritas proses pemilu itu sendiri. Isu hoax, ujaran kebencian, dan pembentukan opini publik melalui algoritma media sosial telah menjadi bagian dari strategi kampanye yang mengkhawatirkan.
Eksploitasi Isu dan Identitas
Pemilu 2024 juga diprediksi akan semakin menonjolkan eksploitasi isu dan identitas. Isu-isu sensitif seperti agama, ras, dan etnis kerap dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Pendekatan semacam ini tidak hanya memecah belah masyarakat tetapi juga mengalihkan fokus dari isu substansial seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan hidup. Eksploitasi demokrasi melalui pemecahbelahan ini menciptakan tantangan besar bagi kesatuan dan integritas bangsa.
Pemilu yang Bermartabat
Tantangan demokrasi yang dihadapi Indonesia pada pemilu 2024 membutuhkan respons kolektif dari seluruh elemen bangsa. Pendidikan politik yang mencerahkan, literasi digital, dan keterbukaan informasi menjadi kunci utama dalam menghadapi eksploitasi demokrasi. Pemilih yang cerdas dan kritis adalah aset terbesar dalam mewujudkan pemilu yang bermartabat.
Kesimpulan
Walaupun proses pencoblosan pada tanggal 14 Februari 2024 yang lalu telah berakhir dan sekarang pada tahap penghitungan suara oleh KPU, namun pada perhitungan Quick Count Lembaga survey yang telah disertifikasi oleh KPU, menunjukkan bahwa pemenang pemilu presiden dan wakil presiden adalah pasangan Prabowo dan Gibran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: