Spa Day, Salah Satu Perawatan Bagi Pejuang Kanker

Spa Day, Salah Satu Perawatan Bagi Pejuang Kanker

Vidi Aldiano--

JAMBIEKSPRES.CO.ID-Sebelumnya, Vidi Aldiano membagikan unggahan di akun instagram pribadinya terkait kanker ginjal yang telah diidapnya selama 3 tahun terakhir.

Dalam postingan tersebut, Vidi juga menyatakan bahwa sejak tahun lalu, kankernya telah menyebar ke beberapa titik yang mengharuskan pelantun Status Palsu itu menjalani “Spa Day” selama 3 minggu sekali. 

Apa itu Spa Day dalam pengobatan kanker?

Ternyata Spa day yang dimaksud adalah perawatan pijat/massage sebagaimana yang kita ketahui. Ternyata bagi “Cancer Warriors”, pengobatan kanker yang mereka jalani dapat menimbulkan rasa pegal dan tak nyaman pada tubuh. Sehingga dibutuhkan pijat yang membantu merileksasi otot tubuh mereka. 

Dikutip dari www-spaandclinic-com-au., dijelaskan bahwa pijat tidak menyebarkan sel kanker ataupun menimbulkan resiko pada pasien kanker selama ditangani oleh profesional. Sehingga “Spa Day” dapat aman diberikan bagi semua pengidap kanker.

“Sirkulasi darah limfatik dan umum terjadi secara alami saat kita bergerak. Penelitian telah menunjukkan bahwa kanker berkembang dan menyebar karena perubahan DNA sel dan mutasi genetik. Oleh karena itu, tumor atau tempat pengobatan tidak boleh dipijat untuk menghindari ketidaknyamanan atau tekanan pada area yang terkena dan organ di bawahnya. Pijat ringan dan menenangkan (pijat onkologi) oleh terapis terlatih, dapat dengan aman diberikan kepada orang-orang di semua tahap kanker.” ujar Dr. Elysia Thornton-Benko, Direktur Wellac Lifestyle, pusat kesehatan bagi pasien kanker.

Menurut Cancer Council Australia, penelitian menyatakan bahwa spa/pijat bahkan dapat meringankan efek samping dari kemoterapi, seperti nyeri, mual, juga kelelahan. Pijat refleksi juga disebut dapat membantu “Cancer Warriors” mengurangi perasaan cemas atau depresi yang dirasakan pasien kanker.

 “Manfaat lainnya mungkin termasuk peningkatan kualitas tidur, pengelolaan neuropati, kualitas hidup, kejernihan mental, dan juga interaksi sosial yang bermakna,” tambah Dr. Thornton-Benko. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: