>

Menerima Orang Rimba dengan Setara

Menerima Orang Rimba dengan Setara

Menerima Orang Rimba dengan Setara--

Orang Rimba hidup berkelompok dan dipimpin ketua kelompok  (Temenggung).Ada 13 kelompok, 718 KK & 2.960 Jiwa (bermukim sejak lama secara turun temurun) di TNBD. Setiap kelompok memiliki wilayah adat, TNBD seluas 54.780,41 ha terbagi habis menjadi 13 wilayah adat.

Junaedi juga menyebutkan pengakuan kearifan lokal itu juga bagian dalam memadukan tekonomgi dan budaya untuk menjawab tantangan perubahan iklim. 

“Telah dilakukan uji farmakologi pada 87 jenis tumbuhan obat yang ada di TNBD berdasarkan informasi dari SAD di BP2TOOT Kemenkes Karanganyar dan Lab Biokimia IPB. Saat ini ada  2 lokasi berupa demplot Tumbuhan Obat di Resort II.E Air Hitam I dan Resort II.D Muara Tabir,” jelasnya. 

Jaiharul Maknun, Project Officer KKI WARSI menyebutkan kekhawatiran dampak perubahan iklim pada Orang Rimba sangat tinggi. Berdasarkan penelitian kolaborasi yang dilakukan KKI WARSI dan peneliti menunjukkan banyak beberapa Keragaman Penyakit yang tidak mampu di tangani secara tradisional, diantaranya malaria, demam berdarah, TB dan Hepatitis. 

Maknun bilang dampak perubahan iklim dengan sumber makanan Orang Rimba adalah hilangnya madu hutan,hilang musim pertahunan agung, hewan buruan semakin langka dan semakin sulitnya jernang, rotan manau, dan damar. 

Perubahan ruang hidup dan ditambah iklim global membuat secara budaya Orang Rimba kehilangan sistem kehidupan (geger budaya), hilangnya kemampuan beradaptasi atau bertahan hidup dan hilangnya harapan masa depan. 

Juliana, perempuan pertama di komunitas Suku Anak Dalam Pelepat, Bungo yang bersekolah hingga perguruan tinggi, memilih jalan Pendidikan sebagai bentuk adaptasi dan jawaban tantangan di masa depan. “ Awalnya orang tua dan kelompok menentang. Karena perempuan pantang pergi jauh dari kelompok dan keluarganya. Tapi , saya ingin menjadi contoh untuk adik-adik di SAD pelepat untuk punya cita-cita dan masa depan yang baik,” jelasnya. 

Senada, Mijak juga bercita-cita menjadi pengacara masyarakat adat agar persoalan-persoalan hukum di Orang Rimba juga bisa diselesaikan secara hukum adat dan hukum negara. Seminar menggali inklusivitas komunitas adat untuk masa depan yang diselenggaran dalam rangkaian acara Pameran Foto Jurnalistik PFI Jambi yang dilaksanakan 25 s.d 27 Agustus bertempat di Taman Budaya Sei Kambang. Kepala Taman Budaya Jambi Eri Argawan mengatakan kolaborasi pameran foto ini diharapkan menggugah kepedulian publik yang lebih luas untuk lebih peduli pada persoalan iklim, masyarakat adat, dan kelestarian lingkungan hidup. Khususnya generasi muda bisa terlibat aktif di dalamnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: