Harga Minyak Mentah Naik, 13 BBM Naik 170-830/Liter, Cek Harga Baru Pertamax-Pertalite 14 Agustus 2023

Harga Minyak Mentah Naik, 13 BBM Naik 170-830/Liter, Cek Harga Baru Pertamax-Pertalite 14 Agustus 2023

Petugas di SPBU sedang melayani pembeli BBM--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Harga Minyak Mentah Indonesia kembali mengalami kenaikan.

Data terbaru harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price/ICP0 pad Juli 2023 naik sebesar USD 5,70 per barel menjadi USD 75,06 per barel.

Harga minyak mentah Indonesia sebelumnya USD 69,36 per barel pada Juni 2023 lalu.

Kenaikan harga minyak mentah Indonesia ini ditetapkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 272.K/MG.03/DJM/2023.

Berikut harga minyak mentah bulan Juli 2023 dibandingkan Juni 2023:

1. Dated Brent naik sebesar USD5,35/bbl dari USD74,70/bbl menjadi USD80,05/bbl.

BACA JUGA:Update Harga BBM Selasa 15 Agustus 2023, 13 BBM Naik Rp 170-830, Cek Harga Baru Pertamax-Pertalite di SPBU

2. WTI (Nymex) naik sebesar USD5,77/bbl dari USD70,27/bbl menjadi USD76,04/bbl.

BACA JUGA:HORE! BBM Turun Lagi Rp 800/Liter, Cek Harga Baru Pertamax-Pertalite di SPBU Per 15 Agustus 2023

3. Brent (ICE) naik sebesar USD5,18/bbl dari USD74,98/bbl menjadi USD80,16/bbl. 4. Basket OPEC naik sebesar USD5,61/bbl dari USD75,19/bbl menjadi USD80,80/bbl.

5.Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia naik sebesar USD5,70/bbl dari USD69,36/bbl menjadi USD75,06/bbl.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM mengatakan, bahwa harga rata-rata minyak mentah dunia juga mengalami kenaikan.

Peningkatan harga minyak mentah utama di pasar internasional, antara lain dipengaruhi oleh indikasi terhadai pengetatan pasokan minyak global, seiring pemotongan produksi OPEC+ terutama Arab Saudi dan Rusia.

"Harga rata-rata minyak Mentah utama pada bulan Juli 2023 dibandingkan bulan sebelumnya juga mengalami peningkatan. Penyebabnya antara lain adanya indikasi terjadinya pengetatan pasokan minyak global, seiring pemotongan produksi OPEC+ terutama Arab Saudi dan Rusia, dan ekspektasi bahwa pengetatan kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral AS dan Eropa akan berakhir, serta tambahan stimulus pada perekonomian China," lanjutnya di Jakarta, Minggu (13/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: