>

Peneliti Menemukan Ikan-ikan di Sungai Batanghari Berpindah ke Anak Sungai dan Danau

Peneliti Menemukan Ikan-ikan di Sungai Batanghari Berpindah ke Anak Sungai dan Danau

Ilustrasi anak-anak bermain di Sungai Batanghari-Foto: M Ridwan/Jambi Ekspres-

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Tingginya aktivitas antropogenik di Sungai Batanghari telah menyebabkan beberapa spesies ikan yang dulunya hidup di aliran Sungai Batanghari kini berpindah ke anak-anak sungai dan danau-danau di sekitar aliran Sungai Batanghari.

Aktivitas antropogenik merupakan kegiatan manusia yang telah berdampak buruk bagi kondisi di Sungai Batanghari sehingga memicu terjadinya bencana.

Aktivitas ini telah pula menimbulkan berbagai permasalahan di Sungai Batanghari, diantaranya pendangkalan, sedimentasi dan pencemaran. Bahkan dalam kondisi kemarau, beberapa bagian Sungai Batanghari menjadi daratan.

Akibatnya banyak spesies ikan yang dulunya hidup di Sungai Batanghari kini mengalah, pindah tak lagi hidup di aliran Sungai Batanghari. Perpindahan ini juga berdampak pada jumlah ikan yang mampu bertahan.

“Ikan bergerak pindah ke anak-anak sungai dan danau-danau oxbow sepanjang sungai Batanghari, Kita sudah sulit menemukan ikan di Sungai Batanghari.” Ujar Dr Tedjo Sukmono, peneliti Biologi dari Universitas Jambi saat menghadiri kegiatan Ekspedisi Sungai Batanghari 2023, dikutip dari keterangan pers yang diterima Jambi Ekspres (10/8/2023).

Tedjo mengatakan, dari sensus ikan yang dilakukan sejak tahun 2008 telah menunjukkan bahwa Sungai Batanghari memiliki ikan dengan biodiversity yang tinggi, seperti ikan patin, belida, nilem, baung, puyou, tilan, gurame.

“Ada 320 spesies jumlah ikan di jambi. Adapun yang sudah terdata melalui sistem barcoding yang kami buat berjumlah 80 spesies,” jelasnya.

Bahkan di Sungai Batanghari juga hidup ikan terbesar di Asia, yakni ikan tapah atau wallago (siluridae).Juga hidup spesies ikan terkecil yang telah diakui dunia bernama paedocypris progenetica (genus Paedocypris).

“Namun saat ini kondisi Sungai Batanghari sudah tidak bagus untuk kehidupan ikan, karena adanya aktivitas antropogenik yang menyebabkan menurunnya kualitas air tadi,” jelasnya lagi.

Menurut Tedjo perlu dilakukan langkah penyelamatan spesies dengan melakukan beberapa program, diantaranya penangkaran, domestikasi dan restocking ikan.

Proses restocking ikan menurutnya juga lebih cocok dilepas di danau oxbow dan anak-anak Sungai sepanjang sungai Batanghari, bukan lagi di Sungai Batanghari.

Tedjo menyarankan langkah ini perlu segera dilakukan dan diatasi karena jika tidak maka ikan akan semakin sulit dicari di sekitar aliran Sungai Batanghari.

Upaya selanjutnya adalah pengembalian ikan-ikan endemic ke Sungai Batanghari. “Selain diambil airnya untuk minum, memasak, dan mengairi pertanian, dulunya masyarakat di sepanjang Sungai Batanghari juga diberkahi dengan ikan yang melimpah,” lanjutnya lagi.

Tanggapan Pemerintah

Berbagai persoalan Sungai Batanghari tersebut semakin menjauhkan masyarakat dari peradaban sungai. Padahal, sejak berbilang abad, Batanghari telah menjadi pusat dari denyut nadi kehidupan masyarakat Dharmasraya. Baik aktivitas sosial, ekonomi, politik, hingga transportasi.

Selama berabad-abad, sungai Batanghari menjadi pusat kehidupan masyarakat di sepanjang alirannya. Namun kini, modernisasi membuat masyarakat secara sosiokultural semakin jauh dari Sungai.

Sungai Batanghari di hulu telah banyak tercemar oleh aktivitas pertambangan. Selain pertambangan, ada juga problem sampah dan sedimentasi yang turut menyumbang tinggi muka air (TMA) rata-rata yang pada gilirannya meningkatkan resiko banjir.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jambi, Varial Adhi Putra mengakui bahwa kondisi air sungai saat ini sudah keruh. “Dulu jernih, sekarang keruh karena ada aktivitas penambangan. Terutama di hulu ada tambang emas, hilir ada tambang batu, kerikil, dan pasir,” katanya pada tim Ekspedisi.

Selain aktivitas penambangan, permasalahan sampah juga menjadi soal pencemaran air sungai. Varial menambahkan “sedang digalakkan paradigma baru dalam persoalan sampah. Pihaknya gencar mensosialisasikan pemilahan dan pengolahan sampah. Serta kampanye agar tidak membuang sampah di sungai” ujarnya.

Sosialisasi tentang sampah ini kata Varial sudah dilakukan di lingkungan pemerintah, sekolah, serta Rumah Sakit “Nanti akan berbasis kelompok masyarakat. Badan Usaha Nagari, dan bank sampah.

Selain itu, masyarakat di pinggir sungai juga didorong untuk melakukan penanaman pohon di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan gerakan Dharmasraya hijau.  

Pengawasan industri di sekitar sungai kata Varial juga digalakkan. Pihak DLH melakukan pengawasan terhadap operasional perusahaan tersebut. Sejauh ini, Varial menyebut baru ada 2 perusahaan yang diberi izin.

“Perusahaan yang legal dan punya perizinan. Sekarang ada 2 perusahaan. Baru 2 saja sudah banyak pelanggaran,” jelasnya. 


Untuk itulah pula, kegiatan Kenduri Swarnabhumi yang kini sedang digekar, bertekad menggerakkan masyarakat untuk merujuk kembali ke kehidupan kultural yang terpaut dengan sungai.
 
Karena Batanghari-lah yang telah membentuk peradaban. Membangkitkan kembali tradisi-tradisi yang terkait dengan peradaban sungai akan mengembalikan kecintaan masyarakat kepada Sungai dan meningkatkan rasa keterkaitan dengan Sungai.

Melestarikan budaya, melestarikan kehidupan sepanjang Sungai. Menjaga kelestarian sungai, membangun peradaban Sungai untuk kehidupan masyarakat yang sejahtera dan bahagia.

Tidak kurang dari 50 orang peserta ekspedisi yang terdiri dari akademisi, peneliti, aktivis lingkungan, pemerintah daerah setempat, serta para jurnalis dan pegiat media sosial memulai penelusuran dari dermaga perahu di  Jembatan Sungai Dareh, Kecamatan Pulau Punjung.

Tim menyusuri kawasan hulu sungai menuju ke kawasan Candi Pulau Sawah di Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya. (dpc/*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: