Harga CPO Diprediksi Turun, Petani Harus Apa?
Wawan Dinawan--
Oleh Wawan Dinawan
Sepanjang tahun 2023, harga CPO mengalami penurunan cukup signifikan walau harganya masih diatas jika dibandingkan dengan 3 sampai 5 tahun lalu. Akibatnya, harga TBS juga mengalami penurunan. Sebagaimana diketahui, harga TBS adalah turunan dari harga CPO. Jika harga CPO turun, harga TBS juga mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya.
Hanya saja, faktor pembentuk harga tidak melulu soal harga CPO dan kernel atau inti sawit tetapi terdapat faktor mikro seperti biaya operasional dan kinerja operasional pabrik kelapa sawit (PKS) yang biasa kita sebut dengan rendemen.
Artinya, harga CPO memang sebagai penentu utama, namun kinerja PKS juga berpengaruh terhadap besaran porsi harga TBS. Sayangnya, dari kedua hal tersebut, petani kelapa sawit tidak memiliki peran sama sekali. Oleh karenannya, perlu strategi bisnis untuk mengoptimalkan penghasilan petani.
Yang perlu petani lakukan
Pantau harga CPO adalah jalan pertama. Sekalipun harga TBS belum terbentuk, namun pergerakan harga CPO bisa dijadikan acuan untuk memprediksi harga TBS. Ingat, jika harga CPO turun, harga TBS juga turun. Begitu pun sebaliknya. Jadi, dalam hal harga TBS, memantau pergerakannya. Sebab harga TBS sama sekali tidak bisa petani kendalikan.
Petani perlu fokus pada profit, bukan harga. Profit atau keuntungan adalah sisa dari penjualan dikurangi biaya. Fokuslah pada profit. Selama panen dan penjualan masih menghasilkan profit, usaha petani dalam komoditas kelapa sawit masih aman.
Akan tetapi jika pada periode panen tersebut juga pada beberapa panen berikutnya diprediksi akan mengalami kerugian, petani perlu mempertimbangkan untuk menunda panen atau mengurangi produksi agar dapat memperkecil kerugian.
Karena harga tidak dapat dikendalikan, untuk menjaga profit atau keuntungan petani perlu memperhatikan produksi dan biaya-biaya. Produksi memiliki batasan-batasan agronomis yang tidak mungkin dilanggar. Jika panen tidak memperhatikan hal tersebut, produksi akan menurun dalam jangka waktu yang lama. Akibatnya, pendapatan akan di bawah potensinya dalam jangka waktu pajang.
Akhirnya, petani hanya bisa mengendalikan biaya untuk terus bertahan saat harga TBS kian turun. Menurut pengalaman di perusahaan, biaya tenaga kerja dan pupuk adalah kedua biaya terbesar. Petani sawit perlu mengevaluasi biaya yang dikeluarkan agar efektif terhadap peningkatan produksi maupun pengurangan biaya.
Jangan sampai, alih-alih mengurangi biaya berakibat pada hilangnya produksi. Atau sebaliknya, mengeluarkan biaya yang banyak namun tidak berdampak pada pentingkatan produksi.
Akhirnya petani harus mengevaluasi pekerjaannya di kebun agar tetap untung dalam masa turunnya harga TBS.(*)
*) Penulis adalah Pemerhati Kelapa Sawit dan Pendiri Petani Sawit Pr
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: