Mengenang Jejak Sejarah Perkeretaapian di Museum Kereta Api
Museum Ambarawa awal mulanya adalah sebuah stasiun yang bernama Stasiun Willem I. Penamaan Willem I berkaitan dengan lokasi stasiun yang tidak jauh dengan Benteng Willem I. --
Demi menjangkau lokasi pertambangan batu bara Sawahlunto, pembangunan jalur kereta api dilanjutkan dari Halte Muara kalaban berbelok ke arah utara dengan melalui sebuah terowongan dan jembatan yang melintasi Sungai Lunto sepanjang 30 meter. Tanggal 1 Januari 1894 jalur tersebut dibuka bersamaan peresmian Stasiun Sawahlunto.
Hasil pertambangan batu bara di Sawahlunto menunjukan hasil yang memuaskan setelah jalur Pelabuhan Teluk Bayur-Sawahlunto selesai. Namun, akhir tahun 2000 produksi batubara di Sawahlunto semakin berkurang. Secara otomatis aktifitas dan keberadaan kereta api di Sumatera Barat juga terimbas nyata.
Sebagai upaya melestarikan Stasiun Sawahlunto, KAI dan pemerintahan Kota Sawahlunto bekerja sama memanfaatkan Stasiun Sawahlunto sebagai museum. Museum Sawahlunto diresmikan tanggal 17 Desember 2005 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Salah satu koleksi Museum Sawahlunto yang terkenal adalah Lokomotif Uap bergigi E1060 atau lebih dikenal dengan sebutan “Mak Itam”. Kamu juga bisa mencoba sensasi berwisata menggunakan kereta api Mak Itam ini lho.
Selain itu, Museum Sawahlunto dapat disewa untuk kegiatan pameran, ruang pertemuan, pemotretan, shooting, pesta pernikahan, festival, bazar, pentas seni, workshop, dsb. Jika kamu berkunjung ke museum ini, kamu dapat memahami lebih dalam tentang sejarah perkeretaapian di Sawahlunto dan menghargai warisan budaya dan teknologi yang terkait dengan industri pertambangan batu bara. Sangat menarik ya!
3. Museum Kereta Api Bondowoso
Museum Kereta Api Bondowoso adalah museum kereta api pertama di Jawa Timur. Awalnya, museum ini merupakan stasiun, yaitu Stasiun Bondowoso. Stasiun ini dibangun pada tahun 1893 dan diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1897 oleh Staatssporwegen (SS) bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api Jember-Kalisat-Bondowoso-Panarukan. Jalur tersebut merupakan kelanjutan dari pembangunan perkeretaapian yang ada yaitu jalur Bangil-Pasuruan-Probolinggo yang beroperasi pada tahun 1884.
Jalur kereta api Panarukan-Bondowoso-Kalisat-Jember pada awalnya digunakan untuk mengangkut komoditas penting seperti tembakau, kopi, beras dan produk perkebunan lainnya seperti teh dari Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo ke pelabuhan di Panarukan.
Semasa perang kemerdekaan, Stasiun Bondowoso menjadi saksi bisu Peristiwa Gerbong Maut. Sebuah kisah pemindahan 100 tawanan pejuang Indonesia dari Bondowoso ke Surabaya menggunakan kereta api. Naas, 46 pejuang gugur dalam pemindahan tersebut. Peristiwa ini menyebar luas di belahan dunia, membuat kedudukan Belanda di mata dunia tercemar.
Stasiun Bondowoso sebagai stasiun terbesar di Bondowoso biasa melayani kereta lokal Jember dan tujuan Panarukan. Namun, pada tahun 2004 stasiun Bondowoso dan jalur Panarukan-Bondowoso dinonaktifkan.
Sebagai upaya untuk melestarikan dan mengenang nilai-nilai kepahlawanan para pejuang yang gugur dalam peristiwa heroik "Gerbong Maut" guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Stasiun Bondowoso dialihfungsikan menjadi museum. Peresmian diadakan pada tanggal 17 Agustus 2016 bertepatan dengan ulang tahun ke-71 Indonesia oleh Bupati Bondowoso, drs. H. Amin Said Husni.
Kamu dapat melihat koleksi lokomotif dan gerbong penumpang tua yang telah dipulihkan dengan baik serta mengetahui lebih banyak tentang perkeretaapian di kawasan timur Jawa melalui artefak dan informasi yang dipamerkan di museum ini.
4. Lawang Sewu
Nama Lawang Sewu pasti sudah tidak asing lagi di telinga kamu. Bangunan bersejarah ini sering kali muncul di acara televisi. Lawang Sewu adalah gedung bersejarah milik KAI yang awalnya digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Gedung Lawang Sewu dibangun secara bertahap, bangunan utama dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907. Sedangkan bangunan tambahan dibangun sekitar tahun 1916 dan selesai tahun 1918.
Bangunannya dirancang oleh arsitek terkenal dari Delft, Belanda yakni Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek di Amsterdam. Kedua arsitek tersebut mendesain Gedung Lawang Sewu serta memimpin pembangunan dari Belanda dengan membat semua gambar dan mengirim semua laporan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: