Potensi Kebun Petani Sawit Belum Tergali
Wawan Dinawan--
Oleh: Wawan Dinawan *)
Memiliki kebun seluas 6,03 juta hektar atau 41,24% dari total kebun sawit di Indonesia, nyatanya produksi CPO petani tidak sepadan dengan luasan tersebut. Kebun yang dikelola oleh petani menghasilkan 15,5 juta ton CPO. Dengan total produksi CPO di tahun 2021 sebesar 45,12 juta ton, perkebunan rakyat atau kebun petani hanya berkontribusi sebesar 34,36%. Dengan kata lain, produksi CPO petani masih dibawah potensinya.
Yield atau produktivitas CPO kebun petani hanya 2,57 ton per hektar per tahun. Angka ini jauh dibawah Yield Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Besar Nasional yang masing-masing memiliki Yield 3,4 dan 4,1 ton CPO per hektar per tahun.
Kita perlu mencari data yang lebih dekat dengan petani yakni dapat produksi dan yield TBS. Sayangnya, daya tersebut sangat sulit ditemukan. Data ini sangat berguna agar kondisi riil pada petani sawit lebih tergambarkan sehingga memudahkan untuk mengambil langkah strategis.
Kita perlu mengasumsikan Oil Extraction Rate (OER) atau rendemen untuk mempermudah perhitungan. Dengan komposisi TBS yang sangat beragam baik dari segi kelas lahan, tahun tanam, perlakuan agronomis, jenis bibit yang ditanam sampai dengan kondisi cuaca, agaknya kita bisa mengasumsikan rendemen pada angka 18%. Sekali lagi, asumsi digunakan untuk mempermudah perhitungan.
Dari perhitungan dengan pendekatan tersebut, diperoleh yield TBS petani kelapa sawit sebesar 14,28 ton per hektar per tahun. Sedangkan untuk perusahaan besar negara dan perusahaan besar swasta masing-masing sebesar 22,78 dan 18,90 ton per hektar pertahun. Sementara itu, jika dibandingkan dengan rujukan PPKS, potensial yield itu bekisar 24 ton untuk lahan kelas 1, 22 ton untuk lahan kelas 2, dan 19 untuk lahan kelas 3. Artinya, yield TBS petani sawit masih jauh dari potensinya.
Data ini menggambarkan adanya loses atau kebocoran atau potensi yang tidak didapatkan. Jika dibandingkan dengan perusahaan swasta terdapat 24,43% TBS yang tidak tergali dan 37,28% dibandingkan dengan perusahaan negara. Bahkan jika dibandingkan yang terdekat, petani sawit kehilangan TBS sebesar 24,43%. Bagaimana jika dibandingkan dengan potensi sesuai standar?
Dengan membandingkan terhadap perusahaan negara dan swasta, Petani sawit kehilangan 4,62 sampai 8,49 ton per hektar per tahun. Rata-rata petani sawit memiliki lahan seluas dua hektar. Artinya, petani kehilangan 9,24 samapi 16,98 ton per hektar per tahun. Angka yang sangat besar.
Petani kelapa sawit kehilangan atau tidak memperoleh pendapatan sebesar 16,63 juta per tahun dengan pembanding perusahaan swasta dan 30,57 juta per tahun dengan pembanding perusahaan negara. Angka ini didapat dengan harga jual TBS rata-rata Rp1800. Dengan harga TBS yang pernah menyentuh tiga sampai empat ribu, tentu kehilangan petani sawit semakin besar. Apa yang bisa didapatkan dengan pendapatan sebesar itu?
*) Penulsi Pemerhati Kelapa Sawit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: