Mengenal Wagner, Militer Swasta Tentara Bayaran Rusia yang Dipimpin Kakek 61 Tahun

Mengenal Wagner, Militer Swasta Tentara Bayaran Rusia yang Dipimpin Kakek 61 Tahun

Vladimir Putin dan Yevgeny Prigozhin-Foto: ist-

JAKARTA, JAMBIEKSPRRES.CO.ID – Kelompok tentara bayaran Wagner adalah sebuah perusahaan militer milik swasta yang dibentuk oleh Yevgeny Prigozhin, seorang kakek berusia 61 tahun di Rusia.

Yevgeny di muka umum dikenal sebagai pengusaha Rusia yang amat dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, salah satu bisnisnya adalah bidang catering.

Kedekatannya dengan Putin kemudian berlanjut dengan membangun Wagner. Dulu saat awal muncul tahun 2014, Wagner merupakan organisasi rahasia dan illegal. Namun di tengah perang Ukraina, tahun 2022 Yevgeny Prigozhin mendaftarkan Wagner sebagai sebuah perusahaan resmi, Wagner bahkan tak segan-segan mengumumkan dimana lokasi markas mereka.

Tak hanya mengurus perang Ukraina, Wagner juga beroperasi di beberapa wilayah lain seperti Afrika dan Timur Tengah. Di beberapa negara itu, tugas Wagner bukan berperang namun tentaranya menjaga beberapa perusahaan tambang dan minyak dan tim keamanan kursial lainnya.

Terkait dengan perang Ukraina, Wagner sebenarnya bukan sekedar membunuh atau menembak lawan di medan perang, namun tugas utama lainnya adalah memastikan ada pasar terbuka yang terkontrol guna memuluskan penjualan senjata Rusia.

Saat banyak orang Rusia yang ogah jadi tentara regular untuk berperang, Wagner lah yang mengisi kekosongan itu. Tentara Wagner yang maju karena Wagner memiliki jumlah pasukan yang banyak dan siap perang.

Wagner merekrut mantan tentara elit hingga mantan narapidana. Jumlahnya tak main-main, Dewan Keamanan Nasional Amerika merilis jumlah personil Wagner mencapai 50.000 orang, dimana 10.000 merupakan kontraktor dan sisanya adalah para narapidana dari berbagai penjara di Rusia.

Meski Rusia membantah keterlibatan Wagner dalam operasi perang mereka, namun Amerika meyakini Wagner terlibat dalam berbagai operasi perang Rusia, termasuk di Ukraini. Bahkan badan intilejen Jerman juga menuduh tentara Wagner terlibat pembunuhan dan penyiksaan di beberapa wilayah di Ukraina.

Jika kemudian dalam beberapa waktu terakhir ada ketegangan hubungan antara Wagner dan pemerintah Rusia, itu bermula dari tuduhan serangan yang dilakukan tentara Pemerintah Rusia terhadap kamp Wagner yang mengakibatkan terbunuhnya beberapa personil Wagner.

Pemimpin Yevgeny Prigozhin kemudian menyatakan perang terbukanya terhadap Kementerian Pertahanan Rusia dan berjanji akan membalas balik atas apa yang terjadi. Yevgeny Prigozhin memang tak terbuka menyatakan melawan Presiden Putin, karena target utama mereka adalah Kementerian Keamanan.

Beberapa pengamat di Rusia kemudian menyimpulkan, permasalahan utama pemberontakan Wagner ini lebih kepada ambisi Yevgeny Prigozhin yang ingin menjadi bagian dari pemerintahan Rusia, ia ingin menjadi Menteri Pertahanan, begitu ujar beberapa pengamat yang dimuat beberapa media asing.

Tentara Wagner dengan tank perang yang lengkap terakhir juga memasuki kota Moskow untuk melakukan penyerangan. Target utamanya adalah menyerbu markas militer Rusia, pada Sabtu (24/6/2023) kemarin Wagner berhasil menduduki markas militer Rusia.

Namun kemudian Yevgeny Prigozhin tak jadi melakukan penyerangan, tentara Wagner kemudian perlahan meninggalkan Moskow.

BACA JUGA:Resiko Mati Konyol Segini Gaji Tentara Bayaran Wagner di Rusia

Juru bicara Putin, Dmitry Peskov dalam jump pers mengatakan, Yevgeny Prigozhin akan meninggalkan Rusia menuju Belarusia. Konon Presiden Belarusia Bernama Alexander Lukashenko lah yang jadi jembatan jalan damai dengan Yevgeny Prigozhin. Alexander adalah kawan dekat Putin.

Pemerintah Rusia kata Dmitry, juga tak akan menuntut Yevgeny Prigozhin maupun pasukannya. Kini, Wagner yang disebut-sebut sebagai senjata Putin yang hendak makan Putin, setuju dengan jalan damai, menarik pasukannya berangsur pergi meninggalkan Rusia, meski tak bisa dipastikan, apakah Yevgeny Prigozhin pergi untuk kembali, atau pergi untuk tak peduli lagi.  (dpc)




Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: