>

Bedengkang! Kapan Derita Suhu Panas Ini Berakhir? Jambi Terasa Seperti 39 Derajat Padahal Cuma…

Bedengkang! Kapan Derita Suhu Panas Ini Berakhir? Jambi Terasa Seperti 39 Derajat Padahal Cuma…

Suhu udara yang panas membuat masyarakat enggan beraktivitas di luar ruangan-Foto: Dona/Jambi Ekspres-

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Bedengkang! Notifikasi google mengirimkan bahwa Cuaca Jambi pada Siang Sabtu (20/5) terasa seperti 39 derajat celcius.

 

Padahal pada kenyataannya suhu Jambi hanya 32 hingga 33 derajat Celcius tapi mengapa terasa sangat panas?

 

Menurut BMKG, suhu panas di Indonesia bukan Gelombang Panas, dan suhu maksimum harian sebenarnya sudah mulai turun. 

 

Fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan, tidak termasuk kedalam kategori gelombang panas.

 

Secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya. 

 

Secara klimatologis, dalam hal ini untuk Jakarta, bulan April-Mei-Juni adalah bulan-bulan di mana suhu maksimum mencapai puncaknya, selain Oktober-November. 

 

Keterkaitan Gelombang Panas dan radiasi ultraviolet. Belakangan pada berbagai media, informasi kondisi suhu udara yang panas juga dikaitkan dengan fluktuasi radiasi ultraviolet (UV) dari sinar matahari. 

 

Besar kecilnya radiasi UV yang mencapai permukaan bumi memiliki indikator nilai indeks UV. Indeks ini dibagi menjadi beberapa kategori: 0-2 (Low), 3-5 (Moderate), 6-7 (High), 8-10 (Very high), dan 11 ke atas (Extreme). 

 

Secara umum, pola harian indeks ultraviolet berada pada kategori “Low” di pagi hari; mencapai puncaknya di kategori “High”, “Very high”, sampai dengan “Extreme” ketika intensitas radiasi matahari paling tinggi di siang hari antara pukul 12:00 s.d. 15:00 waktu setempat; dan bergerak turun kembali ke kategori “Low” di sore hari. 

 

Pola ini bergantung pada lokasi geografis dan elevasi suatu tempat, posisi matahari, jenis permukaan, dan tutupan awan. Tinggi rendahnya indeks UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah. 

 

Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, pola harian seperti disampaikan di atas secara rutin dapat teramati dari hari ke hari meskipun tidak ada fenomena Gelombang Panas. Faktor cuaca lainnya seperti berkurangnya tutupan awan dan kelembapan udara dapat memberikan kontribusi lebih terhadap nilai indeks UV. 

 

Untuk lokasi dengan kondisi umum cuacanya diprakirakan cerah-berawan pada pagi sampai dengan siang hari dapat berpotensi menyebabkan indeks UV pada kategori “Very high” dan “Extreme” di siang hari. 

 

“Masyarakat disarankan agar tidak perlu panik menyikapi informasi UV harian tersebut, serta mengikuti dan melaksanakan himbauan respon bersesuaian yang dapat dilakukan untuk masing masing kategori index UV, seperti menggunakan perangkat pelindung atau tabir surya apabila melakukan aktifitas di luar ruangan,” tulis BMKG dalam keterangan persnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: