Bagian 11: “Azer dan Rasa Antah Barantah”

Bagian 11: “Azer dan Rasa Antah Barantah”

ilustrasi--

Mungkin alasan mengapa Azer dapat berteman dengan Arjuna dan Aresa, karena mereka bertiga yang punya prinsip gapapa sedikit teman asal loyal dan royalnya luar biasa. Gapapa sedikit, asal sigap dan nggak muka dua. Yang mencari teman, dimana komunikasi dan percaya jadi pondasi bangun hubungan. Jujur soal rasa dan nggak menusuk dari belakang. Awalnya Azer bingung, kenapa orang seasyik dan semenyenangkan Arjuna dan Aresa Cuma berdua kemana – mana. Tipikal kumpulanan anak – anak yang merasa sok berkuasa yang sangat menyebalkan, jika dilihat sekilas, Arjuna dan Aresa adalah gambaran yang sempurna.

Kedunya punya prestasi walau cuma Arjuna yang menonjol sebab menyabet jadi juara kelas selama dua tahun berut -turut, dikenal baik oleh guru – guru, staf dan karyawan sekolah, padahal keduanya tidak tergabung dalam organisasi maupun kegiatan aktif tambahan sepulang sekolah. Bahkan Arjuna dan Aresa dekat dengan dokter sekolah mereka dan dapat bercanda layaknya teman dengan Pak Jaya—guru yang notabenya terkenal sangat galak terhadap siswa.

“Apa nggak lebih baik coba bergaul sama yang lain dibanding sama Arjuna doang?” Azer memberi saran pada Aresa dengan kata sehalus mungkin, soal pembahasan mereka yang tak jauh – jauh dari topik batasan diri. Keduanya kini duduk mengemper dijalan, sembari menikmati malam selepas magrib dengan bakso ditangan masing – masing dan minuman ras matcha di sebelah keduanya. Azer lupa kapan dirinya dan Aresa menjadikan kegiatan malam minggu mereka ini jadi sebuah kebiasaan.

Aresa menyeruput minumannya, menyeka keringatnya sebab bakso yang dimakan tergolong cukup pedas, “maunya begitu, gue nggak pernah membatasi diri. Tapi rata – rata yang datang, maunya temenen sama Arjuna, bukan gue.” jelas Aresa.

“Maksudnya?” Tanya Azer bingung, Aresa mendengus malas memutar kedua bola matanya jengah.

“Gue selalu dikatain bebannya Arjuna, emang sih nggak salah? Cuma lo ngerti nggak sih kalo gue nih juga bisa sakit hati, sebodo – bodo amatnya sama kata orang, satu dua kata dari mereka tu tetap nyantol di telinga gue, tetap nusuk ke hati. Dan itu nggak jauh – jauh dari ‘Si Aresa nggak tau diri ya selalu nebeng sama Arjuna’ padahal mereka nggak tau kalo bensin tetap gue yang bayar. Atau ‘Si Aresa beban banget nyontek Arjuna mulu” padahal ada saat – saat dimana gue ngerjain tugasnya si Arjuna yang nggak mereka tahu.” Suara Aresa beradu dengan angin, menjadi samar dan sedikit menggema namun tetap dapat didengar dengan baik dan seksama oleh Azer.

“Gue nggak pernah membatasi diri soal pertemanan, kalo mereka mau temenan sama gue, ya ayo aja. Cuma coba deh lo pikir, gue sama Arjuna lagi jalan terus papasan yang disapa cuma Arjuna, padahal gue berdiri dengan nyata di sampingnya. Menurut lo perlakukan semacam itu apa masih ada iktikat pertemanan?” Tanya Aresa yang dibalas gelengan oleh Azer.

“Jadi dibanding capek nyari dan berharap, gue akan selalu merasa baik, selama Arjuna ada. Gue butuh Arjuna, dan selama Arjuna baik – baik aja disamping gue, terserah apa kata mereka.” Aresa mengakhiri cerita panjang lebarnya, kembali menyuapkan sepotong bakso ke mulutnya.

“Kalo nih ya, kalo…” Azer lebih dulu mengantisipasi, “Arjuna ninggalin lo gimana?” Tanya Azer dengan dengung suara suara kendaraan yang hilir mudik di hadapan mereka.

“Kalo kematian, ya mau dibilang apa lagi. Takdir tuhan. Gue cuma bisa mendoakan semoga Arjuna umur panjang dan selalu diberi kesehatan” Balas Aresa santai.

“Seandainya bukan kematian?” Azer masih gencar bertanya, soalnya topik – topik seperti ini jarang jadi pembahasan kedunya kala bersama.

“Nggak mungkin. Soalnya Arjuna benci ditinggalin, dia juga benci tuh yang namanya kudu rela – rela kayak begitu. Jadi dia selalu bilang, karena rasa ditinggalin itu nggak enak, makanya Arjuna juga nggak akan ninggalin sebisa Arjuna mempertahankan. Makanya, Arjuna tu jomblo manahun sampai sekarang, katanya dia nunggu ada cewe yang suka sama dia lebih dulu, biar muncul tu istilah she fell first but Arjuna fell harder. Prikitiw”

Azer yang turut mendengarkan kalimat Aresa tertawa, “Kalo seandainya dibalik, lo yang ninggalin Arjuna gimana?” 

“Nggak ada alasan, buat gue ninggalin Arjuna.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: