Bagian 9: “Soal Arjuna Yang Nggak Terbiasa”

Bagian 9: “Soal Arjuna Yang Nggak Terbiasa”

ilustrasi--

“Dengerin dulu cerita gue dong—” 

“Iya, ini sebentar lagi selesai!”

“Tau itu si Arjuna nggak sabaran banget jadi orang!” Aresa menimpali, sebab Arjuna yang sedari tadi tidak berhenti rusuh merecoki dirinya dan Azer yang sibuk merampungi tugas akhir mereka sebelum memasuki minggu Ujian Tengah Semester (UTS). Arjuna tidak terlalu peduli, ia hanya ingin diperhatikan sebentar, sebab akhir – akhir ini ia merasa sepi, sebab kegiatan yang mengharuskan mereka sibuk masing – masing.

Azer membenarkan letak kacamatanya yang melorot, sebuah terebosan baru bagi Azer yang sangat anti dengan kacamatanya padahal ia sendiri berkali – kali bilang bahwa kacamata tidak cocok dengan style-nya. Padahal minus empat dimatanya cukup menyusahkannya dalam beraktivitas sehari – hari. Azer memijat pangkal hidungnya yang terasa sedikit kebas, sebab kacamata dengan lensa yang cukup tebal ituu cukup berat.

“Azer, kalo pake kacamata keliatan vibes anak cupunya!” Komentar Arjuna tiba – tiba yang dibalas delikan sebal oleh Azer.

“Cupu! Cupu! Sini gue gibeng pala lo.” Arjuna tertawa merespon Azer yang terdengar sebal. Lupa dengan niat awalnya yang ingin menceritakan ajakan pesta ulang tahun salah satu teman kelas mereka, pesta sederhana, traktiran makan di sebuah resto ala anak muda. Arjuna bangkit, mengambil alih tas yang Aresa bawa sebab sahabatnya itu tampak kesusahan.

“Makan yok! Laper nggak? Tumben nggak ngeluh lapar habis belajar?” Tanya Arjuna pada Aresa, ia merapikan sedikit poni Aresa. Tersenyum kecil, sebab jarang – jarang melihat Aresa segigih ini belajar mempersiapkan ujian. Perempuan itu kelewat santai, dan kala dinasehati Arjuna, jawaban dari tahun ke tahunnya akan selalu sama.

“Ngapain khawatir? Kalo gue punya Arjuna? Maju lo ujian, gue majuin Arjuna nih!”

Perkataan itu akan diakhir kelakar tawa dan canda jahil oleh Aresa yang terus – terusan menggoda Arjuna. “Tadi gue makan dulu sebentar sama Azer sebelum lo datang.” Jawab Aresa.

“Lo udah makan? Gue nggak lapar soalnya.” Belum. Arjuna tidak pernah suka makan sendirian, sebab katanya makan sendirian itu adalah tingkat kesepian paling atas untuknya, makanan yang enak akan lebih terasa nikmat jika bisa dirasai bersama, sebagaimana Aresa yang selalu bilang kalo kebiasaan Arjuna itu juga kebiasaanya. Lalu mengapa lupa? Padahal Arjuna menunggu sejak dua jam lalu, bahkan ia menahan perutnya yang perih, hanya untuk duduk bersama, menikmati makanan sederhana yang keduanya bisa bagi satu sama lain diiringi cerita soal apa saja yang terlintas di benak mereka.

“Udah, aman gue mah! Berarti Azer juga udah makan?” Tanya Arjuna, ia menggapi biasa saja. Ini cuma pertama kali, yang bisa saja kebetulan, jadi mengapa harus dibawa hati.

“Kalo gitu pulang nih?” Tanya Arjuna, Aresa dan Azer kompak mengangguk, walau hanya duduk dan mengerjakan soal, lelahnya terasa seolah mereka menaiki tangga hingga lantai 5 berulang kali dengan membawa karung beras di pundak mereka. “Lo pulang sama siapa?” Tanya Arjuna pada Aresa, sebab selain dirinya, Aresa juga sering diboncengi Azer kini.

“Sama lo aja deh, Azer juga pasti capek kudu putar arah kerumah gue.” 

“Kalo gitu, ke parkiran aja duluan, gue mau ambil tas dulu di tempat si Ucup, nitip dia tadi soalnya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: