Bagian 10: “Harga Mati”

Bagian 10: “Harga Mati”

ilustrasi--

“Pilihan yang sulit itu yang melibatkan kehilangan, karena nggak ada satupun manusia yang cepat ikhlas yang cepat terima, soal kenangan yang susah payah dibangun, ditinggalkan untuk jadi angan”

-Arsena, susahnya jadi wanita yang always gegana.

>>>***<<<

Arsena menggaruk kepalanya bingung, entah mengupas jeruk pun terasa sangat mecekam kini. Raka dengan tatapan tajamnya, dan Juandra dengan wajah songongnya. Bahkan tidak diberi tahupun, Arsena dengan mudah tahu jika tanda – tanda perang dunia natar dua manusia yang secara tidak langsung bersitegang ini akan terjadi. Entah apa masalahnya keduanya, yang setau Arsena keduanya bahkan tidak pernah bersitatap sama sekali kecuali perihal tugas dan laporan.

“Panas ya?” Kode Arsena, terjebak di situasi simalakama ini buat Arsena pusing. Mau bertanya, tau – taunya keduanya merasa biasa saja, tidak ditanya, Arsena rasanya mau mati berdiri sebab aura permusuhan yang buat ruang rwat inap raka ini jadi sesak luar biasa untukknya.

“Itu, udah gue gedein AC-nya” Ujar Juandra yang dibalas anggukan oleh Arsena, tak lupa senyum tipis, dan sedikit wajah memerahnya, sebab Juandra yang perhatian seperti ini belum biasa bagi Arsena yang apa – apanya terbiasa memusuhi Juandra. Arsena tidak suka, ia hanya sedikit tersentuh. Sedikit!

“Cih, sok perhatian!” Ejek Raka berbisik pelan, namun masih dapat didengar oleh Juandra dan Arsena. Matanya fokus terhadap terlevisi yang menyala, setelah melirik sinis Juandra. Arsena meneguk ludah, sebab kini secara tidak langsung Raka menembakkan rudal pada Juandra yang memang sudah siap – siap dengan bom atomnya sedari tadi.

Juandra tersenyum sinis, harusnya yang menyerang lebih dulu adalah dirinya sedari tadi. Namun, mengingat Arsena yang juga ada dalam ruangan yang sama, Juandra menahan diri sebisanya. Namun, Juandra just being Juandra, dia dikenal jadi manusia yang sabarnya setipis tisu dibelah dua.

“Iya, gue emang perhatian. Yang penyakitan memangnya bisa apa selain buat susah,” Pelan dan tepat sasaran, khas Juandra. Raka yang tadinya merasa lemas dan lesu sebab tubuhnya yang belum sempurna sehat kini bahkan terasa sangat panas dan terbakar, rasa – rasanya sekarang ia kuat untuk mengajak Juandra duel di lapangan. Keduanya laki – laki, yang ego dan gensinya membumbung tinggi yang harga dirinya harga mati.

“Kalo gue penyakitan kenapa seneng lo? Gua penyakitan nyusahinnya lo sekali, nggak kayak lo, nafas aja nyusahinnya berkali – kali, lain kali kudu mikir mana beban yang emang sewajarnya sama beban yang emang nyusahin.” Raka itu luar biasa keras kepala, sama halnya dengan Juandra yang pastinya tak mau kalah.

“Lupa, lu kan anak mama yang apa – apanya mah tinggal minta. Sono ngadu sama mak lu lagi gih!” Balas Juandra, ada retak hatinya yang semakin lebar dengar pernyataan Raka, kuatnya kini pura pura untuk tutupi getirnya yang kini tak terbendung.

“Iya, gue mah punya orangtua yang bangga sama gue, yang sayang sama gue, yang nyambut gue dengan bahagia. Yang mau buat gue senang dengan cara apapun. Iri lo? Orangtua lengkap, hidup mewah tapi miskin hati iya?”

Juandra bangkit dan menghempas kursinya, mecengkram baju Raka yang duduk di atas kasur brankar. Kedunya saling menatap nyalang, “Siapa yang lo bilang, miskin hati?!” Tanya Juandra marah.

“Lo! Keluarga lo! Mama lo! Ayah lo!” Bukan hanya Juandra yang marah, Raka juga bisa. Bukan hanya Juandra yang bisa terluka, Raka juga bisa. Kedunya saling paham soal luka, soal kecewa yang simpan jauh dalam hati lalu kenapa kedunya yang selalu ribut. Perihal siapa yang paling sakit diantara mereka yang dua – duanya sama sakit soal dunia. “Kalo keluarga lo atau minimal lo yang punya hati...gue...” Raka menahan kalimat yang mati – matian ingin ia lontarkan, matanya berkaca – kaca, bencinya ia pada Juandra bukan hanya soal Arsena, tapi jauh sebelum itu Juandra beri luka lebih dalam pada dirinya juga seseorang yang jauh ia cintai melebihi isi dunia, mamanya. Juandra melepas cengkramnnya pada kerah Raka, kemudian bergegas keluar, Arsena ingin mengejar Juandra. Namun, tangannya ditahan oleh Raka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: