Bagian 8: “Buaya Jas Putih”
ilustrasi--
“Mirip Surprise box, padahal udah berharap banget taunya zonk. Mirip kita, kemana – mana udah oke, berdua serasi taunya kopong, sama – sama punya jalan sendiri, sama – sama ninggalin buat ngejar cinta masing – masing. Alah, bullshit!”
-Arsena, cowo mirip Juandra itu redflag sesungguhnya
>>>***<<<
Raka mengepalkan kedua tangannya dari jauh kepada Arsena sebelum pergi menuju statenya untuk visit. Raka menunjuk kepala dan dadanya berulang kali, kemudia menyilangkan tangannya tegas pada Arsena yang masih dengan wajah gegananya—gelisah, galau, merana—sedari semalam. Kemudian dari jauh, Raka ingatkan tanpa suara, “Ingat lo bukan suka, bukan juga jatuh cinta, Cuma tertarik sesaat sebab lo haus afeksi. Oke?!” Setelahnya Arsena dapat melihat Raka yang berlari tegopoh – gopoh karena waktu visitnya yang hanya tersisa lima belas menit lagi.
Arsena tidak terlalu sibuk hari, sebab jadwal visit kali ini dilakukan oleh Juandra, karena itu Arsena juga gelisah sendiri, sebab hari ini hanya ada dia dan Juandra. Dari posisi Arsena kini dapat ia lihat Juandra yang tersenyum manis, menyapa dan bertanya setiap kondisi pasien sebelum dokter Abi datang untuk melakukan tindak lanjut. Dari jauh saja, Arsena dapat melihat masa depan Juandra yang begitu cemerlang, mungkin suatu hari nanti aka nada majalah yang meliput Juandra dengan judul, ‘Dokter Muda Tampan nan Berkarisma, Juandra Sakala!’
Asyik dengan lamunan dan pemikirannya, Arsena tidak sadar bahwa Juandra sudah selesai dengan visitnya dan berdiri di samping Arsena sekarang, menatap gadis itu heran. Juandra melambaikan tangannya di depan wajah Arsena, mengecek apa wanita problematik didepannya ini sadar akan eksistensinya atau tidak, Arsena tidak merespon sama sekali. Lima menit lagi, waktu yang ditentukan Dokter Abi bagi Juandra dan Arsena untuk keruangannya, Juandra menghela nafas, Arsena ini baik di dalam sadar atau tidak sadarnya sama – sama merepotkan dirinya saja.
“Ouch!” Arsena memegangi kakinya yang diinjak keras oleh Juandra, menatap pria itu nyalang.
“Lo gila?” Kesal Arsena, ia melompat – lompat kecil dengan satu kakinya, menahan sakit di kaki kirinya yang Juandra injak kuat – kuat tanpa perasaan. “Minimal ngotak dikit lah anjir mau nginjak juga, sakit banget ini!” Misuh Arsena yang dibalas putaran bola mata malas oleh Juandra.
“Nggak usah nyusahin makanya, pagi – pagi aja udah mikir hutang, nggak usah sok hedon kalo nggak punya modal.” Juandra tau, kata – katanya ini asal tercetus saja, Juandra juga yakin Arsena bukan wanita hedon yang haus pengakuan, bahkan dilihat dari penampilannya saja, Juandra yakin, tipe Arsena ini, wanita yang mencari baju diskon paling murah di pasar mangga dua, atau perempuan dengan prinsip, “Gapapa mahal, Cuma satu yang penting baru bukan bekasan”
Arsena menatap Juandra dengan raut tidak menyangkan, sebab Juandra yang berlebihan kalsium, Arsena harus berjinjit dan mendongak itupun hanya sebatas leher Juandra, “Mulut lo pasti belum pernah kena slepet sama sandal swallow gua kan?! Mau gua slepet iya?!” Kesal Arsena.
“TMI banget harus nyebut merek swallow, gua sandal prada aja biasa tuh!” Balas Juandra dengan wajah songong cirikhasnya. Bajingan ini buat Arsena tak habis pikir, kalo mau Arsena juga kaya, mampu beli dari ujung rambut hingga ujung kakinya dengan barang branded, tapi semua orang punya pilihan hidup, memangnya pakai baju yang dibeli di pasar tanah abang dan mangga dua buat eksispansi sebagai manusia berkurang, tidak kan?!
“Mau prada, prodo, prede, gua maunya swallow, napa lo? Masalah?”
“Keliatan kampungannya!”
Arsena semakin geleng kepala mendengar kalimat Juandra, pria ini lupa kah bahwasanya ia hidup di Indonesia dimana hampir 275 juta jiwa rata rata punya swallow, toh kalo ke masjid juga swallow menjadi sandal dengan predikat teratas untuk dicuri. Jadi harusnya Juandra sadar bahwa swallow ini kecil kecil cabai rawit, harga boleh murah, tapi untuk orang Indonesia yang jiwa bar – barnya mendominasi, Cuma swallow yang tahan banting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: