>

Bagian 6: “Komplikasi Romansa Remaja”

Bagian 6: “Komplikasi Romansa Remaja”

--

“Namanya juga remaja, kalo nggak drama nggak seru itu masa sma”

-Jeje, falling in love with someone can’t have

>>>***<<

Ada yang bilang jatuh cinta di masa remaja itu akan jadi kenangan paling sulit dilupkan? Sebab romansanya putih abu – abu itu terlalu unik dan membekas sepanjang kenangan. Sebab, masa itu masa pertama kali tersenyum hanya karena sebuah sapaan tak sengaja, masa – masa dimana tak bisa tidur sepanjang malam hanya sebab sebuah pesan singkat, masa dimana ingin selalu terlihat cantik dan tampan di depan sang pujaan. Tentu Jeje turut mengambil bagian dalam perannya, ia juga akan membuat kisah romansa pertama dengan gayanya, dituju pada wanita yang tak lain ialah Magenta.

Gitar ungu mentereng sudah ia pangku senyaman mungkin, angina sepoi – sepoi malam menyapa halus, terasa dingin juga mencekam sebab malam yang semakin larut. Tapi, apapun halangannya Jeje tak akan gentar, lagu yang sudah ia latih dan persiapkan bersama Arjuna tidak boleh jadi sia – sia, setidaknya Magenta harus mendengarnya walau sekali seumur hidupnya. Lagu ini pengharapan Jeje akan balasan hatinya, dan bagi Arjuna lagu itu pengharapan untuk kebahagiaan sahabatnya.

Jeje menepuk pipinya, “Jangan gugup, Je. Magenta doang ini, cewe freak dia mah!” Monolog Jeje pada dirinya sendiri, tak sadar bahwa Magenta tengah mendengus kesal di belakangnya mendengar pertanyaanya, Magenta tidak tersinggung, hanya saja cukup menyebalkan mendengar seseorang berkomentar langsung tentang dirinya.

“Gue baru tau ada orang freak ngatain freak!” Ujar Magenta tiba – tiba, mengambil tempat disamping Jeje dengan santai.

“Anying!” Kejut Jeje, Magenta membulatkan matanya, “Siapa yang anying!” Kesal Magenta menatap Jeje melotot.

“Apaan itu noh ada anjing lewat!” Balas Jeje menujuk jalanan belakang Magenta. Magenta melirik sinis, menolehkan kepalanya ke belakang, mencari anjing yang dimaksud Jeje, namun tak ia temui. Magenta memukul punggu Jeje keras.

“Jujur nggak lo, ngatain gue tadi kan!” Balas Magenta. Jeje menggelang cepat, “Yakali, Ta. Lu mah mana mungkin gua katain, yang ada gue puji puji itu, bidadari kok mau mau aja sih turun dari surga?” Tanya Jeje tersenyum menggoda sembari mengedipkan matanya.

Magenta menangkup wajah Jeje dan meremasnya, “Apaan sih lo?! Nggak jelas banget, jelek!” Kesal Magenta, si yang paling pandai bermuka dua. Katanya tidak suka, tapi tak ayal semburat merah tetap ada di wajahnya. Katanya benci, tapi selalu ingin diulangi. Magenta ini kapan mau jujur perihal hati?

Jeje mengusap wajahnya, “Ini salah apa sih gue bisa suka sama lo sekian banyak cewe di bumi?!” Kesal Jeje, jika ditanya ia juga bingung, sama bingungnya dibanyaknya pilihan mengapa harus Magenta.

Magenta tak lagi menjawab, ia jadi tak mood untuk mengobrol bersama Jeje, berdiri dari duduknya, bersiap meninggalkan Jeje. “Eh, mau kemana lo?” Tahan Jeje, menggenggam lengan Magenta.

“Pulang!” Jawab Magenta singkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: