Introduction: “When We Sing a Song”

Introduction: “When We Sing a Song”

Ari Hardianah Harahap--

"Life must go on, and until we find a home, be happy and be well no matter what"

- (We Fail) To Be Happy Ending -

>>>***<<<

Ade Juanda punya banyak alasan mengapa diantara banyaknya konsentrasi ilmu yang ada di dunia perkulihan, ia menjadikan musik sebagai pilihan pertama dan lukisan sebagai pilihan kedua. Namanya tertera dengan jelas di depan layar laptop dengan barkode dan data diri yang menunjukkan beberapa pilihan Universitas, disampingnya berserak buku, walau tidak sepenuhnya terbaca olehnya, buku – buku terbuka itu menjadi pemanis meja belajar Ade—atau lelaki yang kerap disapa Jeje—yang sudah memang berantakan sejak awal.

“Menurut lo bagusan mana, pilihan pertama musik, pilihan kedua lukis, atau sebaliknya Na?” Tanya Jeje, sejak seminggu lalu pertanyaan yang sama ia ajukan ke berbagai orang di sekitarnya, Ayahnya, Teman – temannya, gurunya, bahkan hingga patung di taman depan rumahnya tak ia lewatkan untuk ditanyai, walau mustahil medapat jawaban.

“Udah gue bilang matematika aja, udah!” Jawab Nana—yang segera mendapat lemparan sandal dari Jeje. Ia memandangi jendela kamarnya hampa, masih gerimis, terhitung sudah dua jam sejak suara hujan mengambangi telinganya. Jeje bukan remaja tanggung yang akan me-melakonis hujan sebagai ajang bergalau ria ditemani musik menyayat hati. Dibanding melakukan hal yang jelas sia – sia, ia akan memilih untuk berlari ke tengah hujan, berlari – lari dan menunggu mobil berlaju cepat melewati genangan air dipinggir jalan yang akan menyiraminya.

“Bangke emang nanya sama lo!” Kesal Jeje, ia telungkupkan kedua wajahnya di lengannya. Berbeda dengan suasanya suram yang datang darinya, Arjuna Senandika—sahabat Jeje—yang kerap disapa dengan Nana itu tampak riang memutar musik sembari berjoget ria diatas Kasur Jeje. Jika saja tidak mengingat kebaikan Arjuna selama ini mungkin Jeje tidak akan sungkan untuk membungkus sahabatnya itu kemudian menjualnya ke para sindikat organ dalam, mengingat keberadaan Arjuna tigaperempat bagiannya hanya menjadi polutan di Bumi.

“Lagian sih, udahanlah anjir, ginian aja digalauin!” Ujar Arjuna menepuk punggung Jeje keras, “Dibanding galau, enakan healing sebelum kita sinting!” Lanjut Arjuana yang dibalas wajah masam oleh Jeje. Arjuna berjoget ria dengan semangat, memutar lagu ‘Kita Bisa’ oleh penyanyi Top Indonesia yang liriknya setengah mati ingin Jeje umpati.

Kita bisa, kita pasti bisa

Kita akan raih bintang – bintang

Kita bisa jadi yang terdepan

Bersatu bersama dalam meraih irama

Terbang meraih kejayaan, Kita Bisa!

Arjuna bernyanyi dengan semangat mengintari kamarnya dengan volume speaker yang disitel full. Tertawa menggoda Jeje yang bersiap dengan segala barang yang dapat berguna melampari Arjuna dan wajah tengilnya itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: