Bagian 20: “Perihal Lupa itu Juga Dedikasi”

Bagian 20: “Perihal Lupa itu Juga Dedikasi”

Ari Hardianah Harahap--

“Lupa itu sifat manusia, tapi selalu berarti beberapa bagian memang adanya tidak diharapkan”

>>>***<<<

Abian…”

Tata mendesis memanggil Abian pelan, tak habisa pikir dengan kelakuan pria yang menjabat status sebagai kekasihnya itu, Abian itu memang kejutan, tapi tidak pernah terpikirkan sekalipun di dalam benak Tata, jika Abian juga akan memberinya sebuah pernikahan dadakan.

“Tiga bulan?!” Teriak Tata kesal, sebab sungguh ia ingin mengumpat sekeras mungkin didepan wajah Abian mengingat dua jam yang lalu saat Abian mengajaknya untuk bertemu keluarganya, yang Tata dapati paman dan bibinya juga disana tengah bercanda ria bersama orangtua Abian. Sebenarnya, Tata tidak mempersalahkan sedikitpun apa yang Abian lakukan, toh, pada akhirnya Tata juga tidak akan pernah menolak lamaran dan pernikahan yang ditawarkan Abian. Hanya saja…Tata merasa kecil, ia kecewa sebab Abian tak mempertanyakan perihal apakah ia bersedia atau tidak, walau kentara sangat jelas ia tak mungkin menolak. Lagi – lagi perihal harga diri dan sebuah rasa dianggap ada oleh yang lainnya.

“Kamu sadar nggak sih Abian?!” Kesal Tata, wajahnya memerah, suasana hatinya kacau balau, ia senang namun sedih juga tak dapat ia tampik sepenuhnya. Carut marut jiwa raganya, hanya saja tak bisa ia utarakan. Dan Abian bukan pula lelaki peka yang tidak mengerti, tentu saja ia tahu perihal isi kepala Tata yang tidak setahun dua tahun bersamanya, yang hampir setiap harinya ia habiskan waktunya bersama Tata.

“Aku salah ya?” Abian menggenggam tangan Tata, sang empu yang diberi hangat tak bisa menahan bulir air mata.

“Aku tuh…” Tata sesak, “Aku tuh bisa nggak sih dilibatkan? Aku tau kamu yang sat set sat set tapi aku juga ingin diperhitungkan pendapatnya, aku tu juga ingin dianggap adanya…abian…” Abian terkekeh pelan mendengarkan gerutuan pengisi hatinya itu, ia tarik dan beri peluk hangat layak biasanya, menenangkan juga menghilangkan gundah, “Maaf ya, akunya yang selalu abai dan nggak bisa lupa kalo ternyata aku sekarang nggak sendirian, ada kamu yang harus dipertimbangkan.” Abian mengaku salahnya, perihal ia yang selalu saja lupa melibatkan Tata dalam setiap keputusannya, dan wajarnya salah. Pernikahan yang akan ia jalani itu tidak seorang diri, bagaimanapun ia akan mengikat Tata dalam jalinan hubungan yang bisa saja banyak hal yang harus mereka lewatkan dalam menitinya. 

“Maaf ya perihal lupanya aku,” bisik Abian.(Bersambung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: