Bagian 10: “Jangan Luka – Luka Lagi!”

Bagian 10: “Jangan Luka – Luka Lagi!”

Ari Hardianah Harahap--

“Jangan luka, jangan berdarah, biar aku nggak spot jantung tiap dengar kabar ya Abian”

-Abian, Siap Empat Lima-

 

>>>***<<<

 

Tata itu benci sekali perihal luka dan darah, katanya begitu menyeramkan dan melihatnya begitu menyakitkan, terutama jika itu terjadi pada orang – orang yang ia kasihi. Tata menatap tajam Abian yang kini hanya diam, luka – luka di lengannya dan wajahnya tengah dirawat oleh Tata seadanya. Jujur Abian ingin meringis, tapi melihat wajah Tata yang tengah berang membuatnya mati – matian untuk tidak merusak suasana sunyi yang terjadi di antara mereka agar tidak memancing emosi Tata lebih lama.

 

“Udah merasa jadi pahlawan?!” Kesal Tata, Abian hanya diam menatap Tata, tidak merespon perkataan kekasihnya itu, Tata tengah emosi dan jauh didalam diri Abian ia juga tengah emosi yang ia tahan mati – matian.

 

“Kamu tuh kenapa sih Abian?! Nggak keren tau luka – luka gini? Kamu tau nggak khawatirnya aku gimana sama kamu? Kamu tau aku…” Tata tidak dapat melanjutkan kalimatnya, mati – matian ia menahan air matanya agar tidak tumpah yang sayangnya tetap meluruh bak banjir bandang, ia memukul bahu Abian kesal. Sungguh laki – laki ini, buat jantungnya hampir lepas tadi.

 

Masih jelas diingatannya saat Abian tadi dipukuli oleh preman pasar, Tata tidak tahu preman tersebut sengaja atau tidak menyentuh pahanya. Tata memakai rok selutut saat berbelanja ke pasar, ini bukan pertama kalinya Tata memakai rok selutut ke pasar dan Tata merasa dilecehkan. Tata pikir Abian tak menyaksikannya, hingga Tata sadar, Abian sudah memberi bogem mentah pada preman tersebut yang akhirnya dilerai oleh warga dan pedagang sekitar.

 

Abian menarik Tata dalam peluknya, mengusap kepala pujaan hatinya itu lembut, “Maaf ya, aku buat kamu khawatir, maaf nggak bisa ngontrol emosi aku.” Abian itu tuturnya lembut, buat Tata tak pernah merasa dihakimi sebelah pihak, “Tapi…Ta, tolong pahami aku, yang nggak mau juga kamu kenapa – napa. Tolong pahami khawatirnya aku yang ingin kamu nyaman, tolong pahami egonya aku yang nggak mau kamu diperlakukan tidak sopan begitu.” Abian bertutur lembut, Tata terisak semakin kencang, Abiannya ini… manusia seperti apa sih? Bisa – bisanya menghujani Tata dengan cinta sebanyak ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: