Bagian 6: “Sedikit Yang Membekas”
Ari Hardianah Harahap--
“Gue mah biasa aja, cowo gue yang keren, kalimatnya sederhanya tapi rasanya luar biasa”
-Tata, otw nganten 2023-
>>>***<<<
Tata tidak akan pernah menyangka jika kencan pertamanya bersama Abian akan menghabiskan waktu berkutat dengan laporan pekerjaan hingga jam setengah tiga pagi, Tata ingin marah, memaki perihal romantisme laki – laki seperti Abian yang sungguh di luar nalar, pasalnya ia masih bukan siapa – siapa, masih perempuan yang bernotabe sebagai pasangan PDKT Abian, bukan kekasih Abian, garis bawahi Bukan Kekasih Abian, apalagi ia juga bawahan Abian.
yamaha--
“Kita ini Pdkt bukan?” Tanya Tata, Abian melirik Tata sesaat sebelum kembali fokus pada kertas ditangannya, membirkan pertanyaan Tata mengambang begitu saja. Tata yang sadar diabaikan mendecih malas, “Cih, sok keren lo manusia belagu.” Tata itu tidak bisa menahan apa yang ada di dalam hatinya, jika ia suka, maka akan ia katakana suka, jika ia benci, maka ia juga tak segan untuk memaki. Tata tau orang – orang akan kesulitan untuk menerimanya, dan karena itu juga Tata tidak memaksa dirinya untuk mampu diterima sekitarnya. Saat ia jujur pada dirinya sendiri, jauh lebih melegakan, ketimbang berpura – pura hanya sebuah validasi pengakuan status hubungan sosial.
Tata beranjak dari duduknya, mengintari ruangan Abian yang berada di lantai lima belas gedung perusahaan, dikelilingi oleh kaca, dari atas sini, Tata dapat melihat semua objek dibawahnya menjadi kecil dan langit menjadi sangat jelas. Malam, selain lampu kota yang ramai dan bulan yang tertutup setengah awan, tidak ada pemandangan yang menarik. Mungkin ada, Abian yang tengah bekerja, Tata tidak munafik, menampik Abian dengan karismanya itu luar biasa tak masuk akal. Pria itu sempurna dari berbagai sisi, kekurangannya hanya mulut sialan dan sikap sok dinginnya itu. Jika saja, Abian tidak menyebalkan, mungkin Tata akan menghabisi malamnya memandangi Abian yang tengah bekerja seperti minggu – minggu sebelumnya.
Tata tidak ingin sudah berapa lama agenda pendekatannya dan Abian ini berjalan, yang ia ingat saat itu, hanya ketika Abian menghampirinya kemudian memberinya sebatang coklat saat jam pulang kantor, untuk pertama kalinya setelah pertemuan mereka di taman terkahir kali dengan gantungan kunci itu.
“Hari ini, kalo kamu nggak sibuk, kita bisa diskusi bareng di ruangan saya.”
Mengingatnya Tata terkekeh, siapa pria yang mengajak wanita untuk kencan pertama lembur bersama? Hanya Abian. Anehnya, Tata tidak mempermasalahkannya, ia yang biasanya disajikan musik romantis dengan berbagai makanan di restoran fancy, bersama Abian ia hanya menikamti sebatang coklat dan air putih bersama tumpukan berkas. Tata tidak yakin agenda pendekatan ini akan berhasil, maka dengan itu ia menjaga mati – matian hatinya untuk tidak hancur lebih jauh, mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Siapa bilang Tata tidak merasakan perasaan klise itu, debar jantung yang menggila, wajah yang panas dan rasa menggelitik di bagian bawah perutnya. Tata cukup berpengalaman untuk merasakan apa itu kasmaran. Tata jatuh, dan sibuk mencari celah untuk keluar. Yang sayangnya Abian terasa seperti labirin, dari sisi mana saja Tata akan selalu merasa cukup, terlalu nyaman hingga ia susah lepas dan bangun untuk menghadapi kemungkinan terburuk dari kenyataan.
“Ta,” Tata menoleh mendengar namanya dipanggil, Abian berdiri di belakangnya, datang menghampirinya, Tata mengangkat sebelah alisanya bertanya perihal apa gerangan hingga manusia super sibuk seperti Abian membutuhkannya.
“Kenapa?” Tanya Tata, Abian mengulum bibirnya sebentar, berdiri di sampain Tata, “Besok ajukan cuti aja satu hari,” Ujar Abian yang mengundang kerut heran di dahi Tata.
“Hah?” Respon Tata, Abian bersiap mengambil jasnya dan membereskan barang – barang yang berantakan sebelum mengamit lengan Tata mengantarkan wanita itu pulang, “Ayo saya antar pulang.” Ajak Abian. Ia memberi tas Tata, menyampirkannya di bahu wanita itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: